• Rito_Megaredrcn - Volume 01_Chapter 003

    Volume 01_Chapter 003 velince guru tercinta

    Api Masih Menjalar Dan Membakar Rumah Vimoust. Tak Ada Yang Tersisa. Semua Orang Keluar Untuk Melihat Ledakan Yang Sangat Dahsyat. Tak Ada Orang Yang Mencoba Untuk Memadamkan Api. Semuanya Terdiam Melihat Semuanya. Api Sangat Besar Dan Panas.

    Aku Rito didalam kobaran api.

    "Guru! Apa Guru baik-baik saja?"
    "Tak Apa-apa? Guru Baik-baik Saja!"
    "Syukurlah Guru Tak Apa! Aku Senang Guru Selamat!"
    "Terima kasih Rito! Kamu Sungguh Hebat Bahkan Menghanguskan Seluruh Rumah Vimoust Dan Orang-orang Disini!"
    "Sama-sama! Aku Melakukan Ini Demi Guru Ku Tercinta!"
    "sungguh! Kalo Kamu Sudah Besar Nanti Bawa Guru Bersamamu!"
    "Ya! Guru! Aku Akan Membawa Guru! Sekarang Ayo Kita Pulang Ke rumah!"
    "Ya!"

    Kami Berdua Berbicara Di Dalam Lingkaran Api. Kami Berjalan Menuju Keluar, Api Yang Mengelilingi Kami Mengikuti Kami Sampai Keluar. Melindungi Kami Dari Api Yang Melalap Rumah Vimoust.

    Kami Berjalan Pulang Dengan Ditemani Api Yang Mengelilingi Kami. Ayam Hutan Pun Berkokok. Pagi Sudah Menyongsong. Matahari Mulai Terbit. Perjalanan Pulang Masih Jauh. Kami Berjalan Melalui Jalan Yang Berbeda. Untuk Menghindari Dari Orang Lain Yang Melihat Api Yang Berjalan Sendiri.

    "Rito!"
    "Ya! Guru! Ada Apa?"
    "Ditangan Mu Terdapat Bentuk Aneh. Apa Itu?"
    "Aku Juga tidak Tahu Guru! Ketika Aku Bangun Dari Pingsan Itu. Tiba-tiba Muncul Saja Di Tanganku!"
    "Bolehkah Guru Memegangnya!?"
    "Ya! Jika Guru Mau!?"

    Guru Mencoba Memegang, tetapi Bentuk Aneh Kira-kira Berdiameter 40 cm  Berwarna putih Ditangan Tidak Bisa Di Pegang Oleh Guru.

    "Kenapa Guru?"
    "Guru Tak Bisa Memegangnya!"
    "Sungguh!?"
    "Apa Kamu Bisa Menyentuhnya?"
    "Aku Juga Tidak Bisa Menyentuhnya!"

    Kami Berdua Mencoba Menyentuhnya. Tetapi bentuk aneh itu tidak bisa kami sentuh.

    Pedang Kayu Yang Berat Itu. Sekarang Aku Bisa Memegang Dengan Satu Tangan Dan Terasa Ringan.

    "Rito! Apakah Pedang Kayu Itu Terbakar?"
    "Tidak! Semua Api Yang Menyelimuti Pedang Telah Menghilang, Dan Anehnya Api Itu Tak Membakar Pedang Bahkan Tidak Meninggalkan Jejak Sedikit pun!"
    "benarkah! Mungkinkah Pedang Kayu Ini Sangat Hebat Atau Mungkin Api Nya Yang Sangat Luar Biasa!"
    "aku Juga Tidak Mengetahuinya! Apa Yang Terjadi?"
    "begitu Ya! Mungkin Ini Masih Misteri Bagi Ku. Tapi Kemungkinan Kamu Akan Mengetahuinya Suatu Hari Ini!"
    "Ya Guru! Sebaiknya Kita Cepat Pulang Dan Istirahat!"
    "Ya! Aku Juga Lelah! Sudah Dua Hari Tidak Tidur!"
    "Ya Guru! Aku Juga Lelah! Ketika Guru Sudah Baikkan Tolong Ceritakan Apa Yang Terjadi!"
    "Ya! Guru Akan Menceritakan Semuanya!?"
    "Ya Guru!"

    Kami Berjalan Dengan Bergandengan Tangan.

    Selama Perjalanan Kami Tidak Banyak Berbicara. Kami Menempuh Perjalanan Panjang. Kami Istirahat Ketika Saat Makan dan lelah berjalan.

    Matahari Sudah Diatas Kepala. Kami Sudah Sampai Di Rumah. Sesampainya Dirumah Api Yang Mengelilingiku Menghilang Sendiri.

    "guru! Sekarang Guru Istirahat!"
    "Tapi, Guru Mau Buat Makan Dulu!"
    "Jangan Guru! Biarkan Aku Yang Membuat Makanan! Sekarang Guru Tidur! Guru Pasti Capek Kan!"
    "Seharusnya Guru Yang Masak, Kamu Sekarang Istirahat! Kamu Sudah Mengeluarkan Banyak Tenaga Untuk Menyelamatkan Guru."
    "Tidak, Guru Harus Istirahat!"
    "Tidak, Kamu Yang Harus Istirahat"
    "Tidak, Guru Harus Istirahat!"
    "Tidak, Kamu Yang Harus Istirahat"

    'Jika Begini Terus, Pasti Guru Gag Mau Istirahat! Mungkin Lebih Baik Aku Membuatnya Pingsan Saja!'

    Aku Mulai Menidurkan Guru Dengan Jurus Penidur Yang Diajarkan Guru Padaku.

    Guru Berangsur-angsur pingsan Dan Tergeletak.

    "Untung Aku melakukannya Di Dalam Tempat Biasa Tidur. Kalau Di Tempat Lain Aku Tak Bisa Membawanya Kesini!?"
    Kemudian Aku Menata Tubuh Guru Agar Ketika Bangun Nanti Tubuh Guru Tidak Merasa Sakit Dan Pegal-pegal. Lalu Aku Mencari Kain Lebar Untuk Menyelimuti Guru.

    "Selamat Tidur Ya Guru! Semoga Mimpi Indah!"

    Aku Mencium Kening Guru Seperti Yang Biasa Guru Lakukan Ketika Aku ingin Tidur.

    Setelah Selesai Aku Pergi Luar Untuk Memasak Dan Menyiapkan Makanan Buat Guru Nanti.

    "Bahan Sudah Aku Dapatkan Dari Perjalanan Pulang Tadi, Tapi Hanya Segini Saja Bahannya! Mungkin Harus Membuat Seadanya Saja."

    Aku Menyalakan Api, Menyiapkan Bahan-bahan Makanan, Pot Tanah Liat Buat Merebus, Kayu Bakar.

    "enaknya Buat Apa?"

    Aku Memegang Dagu Dengan Tangan Sambil memikirkan Masakan Yang Akan Aku Buat.

    "seadanya Saja, Kalo mencari Di Hutan. Takutnya Guru Diculik Lagi!"

    Aku Membuat Bahan Yang Aku Bawa Tadi Bersama Guru. Aku Menyiapkan Makanan Untuk Guru Bangun Nanti.

    "Cuma Ada Daun Singkong, Daun Pepaya, bunga Pepaya, Buah Pepaya Muda, Dan Ubi Singkong! Bumbunya Garam Batu, Gula Pohon, Cabai Dan Merica Saja! Mungkin Lebih Baik Dari Pada Tidak Ada."

    'Enaknya Buat Apa?'

    "Pertama Nyalakan Api, buang Kulit Ubi Singkongnya Dan Rebus Ubinya Di Pot Tanah, Lalu Potong-potong daun Pepaya , daun Singkong Dan Cabai. Tunggu Sampai Ubi Singkongnya Matang. Ambil Ubi Singkongnya Taruh Di Piring Kayu. Kedua Masukan Air Secukupnya, Lalu Daun Singkong Dan Pepaya. Masukan Cabai, Garam Batu Secukupnya, merica Secukupnya Dan Gula Batu Secukupnya. Tunggu Sampai Matang."

    Aku Menjaga Apinya Biar Tidak Mati.

    Setelah Matang Aku Membiarkan Sayurannya Tetap Disana Dan Menaruh Masakan Ke rumah. Karena Dapur Untuk Memasak Ada Di Luar Rumah.

    Aku Lalu Berlatih Lagi, Untuk Memperkuat Kuda-kuda Dan Bisa Memegang Pedang Kayu Baru Ku Yang Berat Agar Bisa Menguasainya Lebih Baik.

    Aku Berlatih Dari Selesai Masak Makanan, Sampai Matahari Terbenam. Tapi Kenapa Guru Tak Keluar. Biasanya Guru Memanggil Ku Masuk Ke dalam.

    Aku Pergi Menuju Ke Tempat Guru Tidur Ke dalam Rumah. Aku Memeriksa Guru. Tapi Guru Tetap Tidur. Aku Bergegas Melihatnya.

    'Kenapa Guru Masih Belum Bangun?'

    "guru Bangun! Guru Bangun!”

    Aku Mencoba Membangunkan Guru.

    "Guru Bangun! Guru Bangun!"

    Aku Tetap mencoba Membangunkan Guru.

    "Guru Bangun, Sudah Malam! Guru Bangun!"

    Guru Tetap Saja Tidak Bangun.

    "guru Bangun!"

    Aku Memeriksa Denyut Nadinya Yang Di Tangan Guru.

    'Denyut Nadinya Masih Ada, Kenapa Guru Tak Bangun!'

    Aku Bingung Kenapa Guru Masih Tidur. Lalu Memikirkan Apa Penyebabnya.

    'Rito! Jika Kamu Menggunakan Jurus Penidur. Kamu Harus Mengontrolnya Agar Tidak Berlebihan Dalam Menggunakan Jurus! Bisa-bisa Orang Yang Kamu Jurus Dengan Jurus Penidur Akan Tidur Lama Entah Berapa Hari! Atau Berapa Minggu! Dan Juga Bisa Berapa Bulan! Bahkan Berapa Tahun! Tergantung Berapa Banyak Tenaga Dalam Yang Kau Gunakan! Jadi Berhati-hatilah Menggunakan Jurus Penidur!'

    "Waduh! Mungkinkah Aku Menggunakan Banyak Tenaga Dalam Pada Jurus Penidur!"

    Aku Mulai Kebingungan.

    "Apa Yang Harus Kulakukan!"

    'Bila Kamu Menggunakan Jurus Penidur Dengan Tenaga Dalam Yang Banyak! Biarkan Dia Bangun Tidur Sendiri!'

    "Apakah Aku Harus Menunggu! Tapi Berapa Bulan Atau Mungkin Berapa Tahun?"

    Aku Jadi Membiarkan Guru Sampai Bangun Dari Tidurnya. Dan Aku Pergi Keluar Melatih Lagi, agar Bisa Lebih Kuat Dan Melindungi Guru!

    -------------------

    Sudah 1 tahun Guru Tidur Dari Jurus Penidur Ku. Aku Sudah Menguasai Juru Pedang Guru Semuanya. Bahkan Jurus Guru Yang Belum Pernah Di Ajarkan Padaku, Aku Berhasil Menguasai Semua Dengan Melatih Setiap Hari, Hanya Dengan Melihat Gerakan Semua Guru. Dan juga Setiap Sabtu Dan Minggu Aku Belajar dan membaca Dari Buku-buku Yang Ku Baca Di Perpustakaan Kota. Banyak Jurus Yang Aku Dapatkan Dari Buku Yang Ku Baca Di Perpustakaan Dan Bahkan Banyak Simbol Dan Bentuk Aneh Yang Aku Belum Lihat. Tapi Jurus Yang Ada Di Buku Perpustakaan Belum Bisa Aku Kuasai. Setiap Aku Mencobanya dari buku-buku di perpustakaan Tubuhku Merasa Berat Dan Tak Bisa Bergerak. Tapi Anehnya Aku ingat Semua Gerakan Dan Jurus Di Buku Itu. Bahkan Simbol Dan Bentuk Aneh Yang Di Buku.

    ‘Hmmm apa itu?’

    Ketika sedang berlatih ada burung hitam mengawasiku sejak aku menyelamatkan guru waktu itu. Burung hitam selalu datang ketika aku sampai disini dan ketika aku pulang burung hitam itu juga pulang. Burung itu terus mengawasi.

    ‘Burung hitam itu kenapa selalu disini? Mungkinkah disini tempatnya bermain!’

    Besoknya aku berlatih ditempat lain.

    'Kenapa burung hitam itu mengikuti aku sampai disini?’

    Burung hitam itu juga mengikuti ku sampai ketempat lain.

    Besok aku harus pergi ke perpustakaan untuk mencari info tentang burung hitam itu.

    Keesok harinya aku pergi ke perpustakaan.

    Perpustakaan disini sangat besar. Perpustakaan ini berada di tengah kota. Untuk masuk ke dalam perpustakaan ini, aku harus membayar 5 koin perak.

    Guru dan aku memang tidak mempunyai uang untuk masuk kedalam, aku pergi berburu kelinci sambil melatih tubuhku.

    Aku memburu kelinci hanya 3 ekor saja. Kelinci itu mempunyai tanduk. Setiap ekor kelinci di hargai 2 perak saja. Aku menjualnya kepasar. Jika menjualnya di tempat berbeda mungkin agak banyak uang yang aku dapatkan, tetapi aku tidak mempunyai kenalan. Jadi aku menjualnya dipasar.

    Aku menelusuri setiap rak-rak buku di perpustakaan. Entak berapa banyak buku di perpustakaan ini. Aku pikir lebih dari satu juta buku.

    Aku mencari buku tentang burung itu. Tetapi aku tidak mengetahui buku yang mana. Lalu aku pergi menuju ke penjaga perpustakaan.

    “Permisi!”
    “Iya! Ada yang bisa saya bantu?” kata penjaga perempuan perpustakaan.
    “Saya sedang mencari buku tentang burung yang berwarna hitam. Apakah ada buku tentang burung itu?”
    “Sebentar saya lihat dulu!”
    “Iya!”

    Lalu penjaga perempuan itu melihat buku pemandu di meja penjaga.

    “Tentang buku yang mengenai tentang burung. Buku itu ada disebalah sana!?”

    Penjaga perempuan itu menunjukkan ke arah kiri.

    “Adik bisa masuk ke lorong kiri ke dua lalu berjalan sampai rak yang ke 5 sebelah kiri. Buku tentang burung ada disana!?”
    “Terimakasih kak!?”
    “Iya sama-sama. Kalau adik membutuhkan sesuatu lagi. Adik bisa datang kesini untuk bertanya lagi!?”
    “Iya kak.”

    Aku pergi menuju ke tempat yang di tunjukkan oleh kakak perempuan penjaga perpustakaan itu.

    “Lorong dua sebelah kiri dan rak kelima sebelah kiri!”

    Aku masuk lorong ke dua.

    “Rak kedua!”

    Setiap rak panjangnya hampir 10 meter setiap celah hanya 1 meter.

    “Rak ketiga!”

    Aku menengok ke kanan dan ke kiri.

    “rak keempat! Rak kelima sebentar lagi!”

    Aku sampai di rak kelima.

    “Ini rak kelima terus sebelah kiri!”

    Aku mencari buku tentang burung itu.

    “Em! Coba yang buku ini!”

    Aku mengambil buku di tingkat ketiga.

    “Burung berwarna hitam!”

    Aku membuka dan membaca buku tiap lembar. Dalam buku itu terdapat gambar burung yang di dilukis dengan tangan.

    “Banyak sekali tentang burung yang berwarna hitam!”

    Aku membalikkan tiap lembar buku ini.

    “Ini dia burung gagak! ‘Burung gagak adalah Burung yang berwarna hitam. Burung ini membawa malapetaka dan kesialan bagi orang yang bertemu dengannya. Banyak bencana yang akan terjadi bila burung hitam itu ada di kota tersebut.’ Ini mengerikan. Ada keterangan juga 'burung ini selalu membalas dendam jika ada yang mengusiknya. Jadi Berhati-hatilah jika menemukan mereka. Burung ini juga biasa berkelompok.’ Tapi aku sudah bertemu dengan burung gagak hitam itu. Aku harus bagaimana?”

    Aku bingung apa yang terjadi.

    Aku mengembalikan buku itu dan keluar dari perpustakaan lalu pergi menuju ketempat latihan.

    “Burung itu akhirnya datang.”

    Aku memberanikan diri untuk bertanya kepada burung itu.

    “Hei burung gagak apa yang kau inginkan padaku? Tunjukkan dan katakan kepadaku!”

    Burung yang diam bertengger di cabang pohon, tiba-tiba bergerak terbang menuju kepadaku.

    Aku tiba-tiba panik.

    'Aku tidak boleh panik. Aku harus tenang.’

    Burung itu lalu turun.

    Lalu simbol bentuk aneh itu muncul ditanganku. Aku sedikit mengangkat tangan ku didepan dadaku lalu.

    WUS

    Burung itu bertengger ditanganku.

    FLASH

    Cahaya hitam muncul bersamaan simbol berwarna hitam yang sama denganku.

    Simbol berwarna hitam itu muncul di bawah kakinya dan simbol putih ditangan ku tepat di bawah simbol hitam itu.

    FLASH FLASH FLASH.

    Kedua simbol itu bertabrakan. Dan menyatu. Dalam kedua simbol itu tidak ada tulisan aneh itu.

    ‘Master!’

    Aku mendengar suara entah dari mana.

    'Master!’

    “Siapa kau? Tunjukkan bentukmu!”

    Aku berteriak keras untuk orang membuat suara itu keluar.

    Aku menengok Ka kanan dan ke kiri.

    'Master jangan berteriak! Aku ada di depanmu!’

    “Maksudmu apa didepanku tunjukkan bentukmu.”

    'Master aku adalah burung gagak hitam yang ada ditanganmu master!’

    “Apa? Tunggu burung gagak hitam! Maksudmu gagak hitam ini! Tapi kenapa kau bisa bicara?”

    Aku sedikit ketakutan.

    ‘Master jangan takut! Aku adalah peliharaan master. Aku milik master. Aku takkan menyakiti master.’

    “Bohong! Aku baru saja membaca buku yang tentang dirimu. Kau membawa bencana dana kehancuran. Lebih baik kau jangan berbohong kepadaku!”

    Aku tetap menolak kata burung gagak hitam yang mencurigakan ini.

    'Apa master tidak mempercayai ku? Jiwa ku sudah terikat pada master 6 bulan yang lalu!’

    “Apa maksudnya jiwa yang sudah yang terikat?”

    'Cobalah sentuh tubuh ku master! Dan rasakan dengan benar!’

    “Tidak mau! Kau pasti menyakiti ku kan!?”

    'Aku tidak akan pernah bisa menyakiti master karena aku sudah menjadi milik master. Aku hanya bisa menuruti perintah master dan menolak perintah master jikalau itu untuk kebaikan master.’

    “Bohong! Kau sudah bilang akan menolak perintah ku bukannya ku bilang akan menuruti perintah ku!?”

    ‘memang benar master tapi jika master menanyakan sesuatu yang belum master kuasai. Aku takkan menjelaskan nya sebelum master mengetahui sendiri walau sedikit. Aku akan menjelaskan ketika master sudah mengetahui tentang apa yang ingin ditanyakan, aku akan menjelaskan ketika master mengetahui tentang itu tetapi masih belum jelas detailnya. Jika master belum mengetahuinya aku berhak menolak perintah master.’

    “Tidak bohongkan!”

    'tidak master. Tolong percaya padaku.’

    Aku berpikir sejenak.

    ‘aku harus berhati-hati kepada burung gagak hitam ini!’

    Ketika aku berbicara dalam benakku gagak itu menyahut.

    'Master tak perlu berhati-hati kepadaku.’

    “Apa? Bagaimana kau bisa membaca pikiran ku?”

    ‘Master! Aku sudah bilang kalau aku dan master sudah terhubung jadi aku bisa membaca pikiran, dan isi hati master! Aku takkan membahayakan master ataupun orang lain. Kecuali jiwa master memerintah ku untuk melakukan kejahatan kepada orang lain. Aku akan melakukannya.’

    “Bohong! Kau pasti akan menikamku dari belakang ketika aku lengah!”

    ‘Tidak master! Aku tidak berbohong! Karena jiwa ku dan master sudah membetuk ikatan dari segel servant-master jadi aku takkan bisa membunuh master jika aku membunuh master, aku juga ikut terbunuh bisa di bilang aku itu mati juga ketika master mati.’

    “Kau tidak berbohong padaku kan?”

    ‘Tidak master!’

    “Sungguh!”

    'iya master! Dan satu lagi master!’

    “Apa itu?”

    ‘Untuk melengkapi segel servant-master. Master harus memberiku nama. Aku belum mempunyai nama. Aku ingin Master memberikan nama padaku.’

    “Kenapa aku harus memberikanmu nama? Kau bisa mencari nama sendiri!”

    ‘tidak master! Aku hanya ingin nama dari pemberian master. Agar segel servant-master sempurna dan aku tidak akan mempunyai master lagi.’

    “Maksudnya master lagi!?”

    'es begini master. Jika master tidak memberikan nama padaku. Aku bisa membuat kontrak servant-master ke orang lain dan aku mempunyai dua master tetapi jika master memberiku nama. Aku takkan bisa membetuk kontrak servant-master kepada orang lain. Hanya master satu-satunya masterku.’

    “Benarkah!”

    ‘iya master!’

    “Dan satu lagi apa itu segel atau kontrak servant-master?”

    'maaf master! Aku tidak bisa memberi tahu master. Master harus mencari tahu sendiri.’

    “Kenapa?”

    'Jika aku memberi tahu semuanya master akan malas dan master tidak akan kuat untuk melindungi orang yang master sayangi!’

    “Sungguh!”

    ‘Iya master! Tepi aku akan berusaha membantu master dengan caraku sendiri. Jadi master tidak perlu khawatir.’

    “Sungguh!”

    'iya master! Jadi tolong berikan aku nama!’

    “Baiklah! Tunggu sebentar aku akan memikirkan dulu!”

    ‘Iya master!’

    Aku memikirkan nama burung gagak hitam.

    ‘Dia burung gagak suara kwak kwak, di depannya harus ka tapi ka apa?’

    Aku mencari huruf yang pas di belakangnya.

    'dia perempuan atau laki-laki, tapi suaranya perempuan!’

    Tanpa aku sadari burung gagak itu menyahut.

    ‘aku perempuan master.’

    “Apa? Kau dari tadi mendengarnya!”

    'iya master!’

    “Begitu ya. Kau suh mengatakan ya tadi. Aku sedikit lupa kalau kau bisa mendengarkan semuanya.”

    'iya master. Maafkan aku bila master tidak ingin aku mendengarnya.’

    “Tak masalah! Kau bilang kau perempuan. Nama pas buat mu. Bagaimana kalau kara?”

    ‘apakah ada artinya master?’

    “Aku pikir tak ada. Aku hanya ingin memanggil mu kara agar mudah di ingat dan di panggil kalau namanya bagus tapi kesulitan dipanggil. Aku akan kesulitan memanggilmu!”

    'Begitu ya!’

    “Apakah kau tidak menyukainya?”

    ‘Bukan begitu master. Aku menyukainya master. Terimakasih master sudah memberiku nama kara master.’

    “Iya sama-sama.”

    'tetapi master. Master harus menyentuh kepalaku dan memanggil nama ku.’

    “Kenapa?”

    'untuk menyempurnakan segel servant-master.’

    “Baiklah.”

    Aku memegang kepala burung gagak hitam itu dan menyebutkan nama untuk burung gagak hitam itu.

    “aku akan memberimu nama KARA.”

    LIGHT

    Cahaya terang muncul dan lalu redup.

    'master terimakasih. Sekarang aku milik master seutuhnya. Jadi jikalau master membutuhkan ku aku akan menemui master. Untuk saat ini aku akan pergi ke suatu tempat. Untuk bisa membantu master jika master membutuhkan sesuatu.’

    “kau akan ---.”

    'Master sekarang namaku adalah kara jadi tolong panggil namaku kara master.’

    “baiklah. Maafkan aku.”

    ‘Tak apa master.’

    “Kara, kau akan pergi Kemana apakah kau akan meninggalkan ku?”

    'Master, aku sudah bilang aku sudah menjadi milik master aku takkan meninggalkan master atau menghianati master.’

    “Tapi bukannya kara akan pergi!”

    ‘iya master. Tetapi kita bisa saling bicara melalui telepati. Jadi jika master rindu padaku. Master bisa bicara melalui telepati tanpa harus bertemu secara langsung.’

    “Benarkah!”

    'iya master. Jadi aku pamit pergi dulu.’

    “Iya kara. Jaga baik-baik dirimu kara.”

    ‘iya master. Sampai jumpa master. Terimakasih sudah menerima ku menjadi peliharaan master.’

    “Iya kara. Aku mulai sekarang akan percaya padamu.”

    ‘Terimakasih master. Sampai jumpa master.’

    “Iya sampai jumpa.”

    Kara si burung gagak hitam itu terbang dan pergi jauh.

    KRYUUUKK

    Suara perutku berbunyi.

    “Wah! Perutku keroncongan. Tapi hari ini sudah sangat gelap. Aku harus pulang. Mungkin guru sudah siuman. Aku akan makan seadanya saja.”

    Aku sudah mengisi perutku dan langsung melihat guru tetapi guru masih belum siuman dan aku langsung tidur.

    ---------

    3 tahun 6 bulan Aku Sekarang Berumur 8 tahun Jurus Yang Aku Baca Di Buku Perpustakaan! Aku Berhasil Menguasainya Walaupun Hanya Beberapa Sebagian Dari Buku Yang Aku Baca Di Perpustakaan. Sebagian Lagi Masih Terlalu Dini Aku Gunakan.

    Pedang Kayu Yang Aku Gunakan Untuk Berlatih Semuanya Hancur Tidak Berbentuk. Setiap Berlatih Aku Menggunakan Kayu Yang Bentuknya Sama. Tapi Selalu Hancur.

    Aku Ingin Pergi Ke hutan Yang Lebih Dalam Tapi Aku Tak Bisa Pergi! Aku Tidak ingin Meninggalkan Guru Sendirian. Aku Ingin Menjaga Guru! Agar Kejadian Di Waktu Itu Tidak Terjadi Lagi.

    Beberapa Hari Kemudian Guru Siuman.

    "guru! Sudah Bangun!"

    Aku Mengatakan Pada Guru Yang Baru Siuman.

    "Dimana Ini!" ucap Guru Baru Saja Siuman Dan Melihat Sekeliling.

    "Siapa Kamu? Dimana Rito?"

    Guru Tampak Bingung Melihatku. Karena Guru Tidur Selama 4 tahun. Jadi Guru Tak Bisa Mengetahui Kalau Aku Sudah Tubuh Dan Umurku Menjadi 9 tahun. Ketika guru tertidur aku berumur 4 tahun lebih 6 bulan.

    Tubuh Dan Bentuk Guru Masih Belum Berubah Semenjak Guru Terkena Jurus Penidurku.

    "Siapa Kamu?"
    "Aku Rito Guru! Aku Muridmu!"
    "Rito! Rito Yang Aku Kenal Masih Berumur 4 tahun"
    "Benar Guru! Rito Yang guru kenal Berumur 4 Tahun! Sekarang Berumur 9 tahun. Aku Adalah Muridmu Guru."
    "Nggak Mungkin! Nggak Mungkin Kamu Rito, Aku Baru Saja Tidur Kemarin!"
    "Ya Guru! Tapi Itu 4 tahun Yang Lalu!"
    “Tidak mungkin. Kamu bukan Ritō. Kamu Pasti berbohong kepadaku.”
    “Tidak guru. Aku ini Ritō murid guru sebenarnya. Guru tertidur selama 4.5 tahun!”
    “Apa buktinya?”
    “Guru di culik oleh 6 orang. Salah satunya tuan Vimoust. Dan tuan Vimoust memaksa guru menikah. Lalu Ritō pergi menyelamatkan guru dengan api Ritō dan membakar rumah Vimoust.”
    "Apakah itu benar kamu itu Ritō?”
    “iya guru. Sekarang aku berumur 9 tahun.”
    “Mungkinkah Aku Tidur Selama 4.5 Tahun!"
    "Ya Guru! Aku Menggunakan Jurus Penidur Pada Guru Tapi Waktu Itu Aku Masih Belum Mengontrol Tenaga Dalamku, Jadi Kemungkinan Aku Menggunakan Jurus Tenaga Dalam Yang Besar Pada Guru! Sehingga Guru Tertidur Cukup Lama Dengan Jurus Penidurku."
    "Benarkah! Kurasa Kamu Benar! Guru Masih Merasakan Jurus Penidur Yang Kamu Berikan. Dan Tubuhku Tidak Bisa Bergerak!"
    "Maafkan Aku Guru! Aku Tak Ber--"
    "Jangan Begitu! Jangan Merasa Bersalah! Guru Tahu Kalau Kamu Menggunakan Jurus Penidur Itu Agar Guru Istirahat Kan!?"
    "Ya Guru! Maaf Ya Guru!"
    "Iya Gag Papa!!"

    Aku Duduk Sambil Menundukkan Kepala Ke bawah Dengan Merasa Bersalah.

    " Rito! Kamu Sudah Besar! Dan Guru Merasakan Kamu Sudah Sangat Hebat Dari 4 tahun Yang Lalu!"
    "Ya Guru! Aku Berlatih Tiap Hari! Aku Melatih Jurus Yang Guru Ajarkan Dan Memperkuat Tubuhku Guru! Dan Juga Aku Berlatih Mengontrol Jurus Tenaga Dalam Ku, Agar Tidak Lepas Kendali Lagi!?"
    "Benarkah Rito! Kamu Sungguh Sangat Hebat! Guru Bangga Dengan Mu Rito!?"
    "Terima kasih Guru!?"
    "Ya!?"

    Kami Tersenyum Bersama.
    "Guru!?"
    "Ya! Ada Apa?"
    "Maafkan Aku!?"
    "Maaf Tentang Apa!?"
    "Pedang Kayu Yang Guru Buat Hancur! Maafkan Aku!?"
    "Benarkah!?"
    "Maafkan Aku!?"
    "Pedang Kayu Yang Berat Itu Hancur!?"
    "Ya Guru!?"
    "Jangan Sedih! Guru Akan Membuatkan Pedang Lagi!?"
    "Tidak Usah Guru!?"
    "Kenapa Tidak Mau?"
    "bukannya Tidak Mau Guru! Tapi Aku Mendengar Ada Pedang Yang Menancap Ditanah! Aku Ingin Mengambilnya!"
    "Benarkah!"
    "Ya Guru! Aku Dengar Pedang Itu Tidak Bisa Di Pegang Oleh Orang-orang Yang Ingin Mencabutnya!"
    "Sungguh! Kalau Sesulit Itu! Kenapa Kamu Ingin Mencabutnya!"
    "Aku Ingin Pedang Yang Bisa Digunakan Untuk Melindungi Guru!"
    "Sungguh! Guru Sangat Terima Kasih Atas Perhatian Mu Rito!"
    "Ya Guru! Tapi ......"
    "Yapi Kenapa?!"
    "Maukah Guru Ikut Bersamaku! Untuk Mencabut Pedang Itu!"
    "Benarkah! Kamu Mengajak Guru Bersamamu!"
    "Ya Guru! Aku Sudah Berjanji Sama Guru Untuk Selalu Bersama!?"
    "Terima Kasih Rito!"
    "Ya Guru! Aku Menyayangi Guru!"
    "Aku Juga Menyayangimu! Rito!"
    "Sekarang Guru Istirahat Lagi! Aku Akan Menyiapkan Makanan Buat Guru!"
    "Biarkan Guru Membantu!"
    "Gurui! Tapi Guru Masih Belum Bergerak, Jadi Guru Istirahat!"
    "Ya! Guru Akan Istirahat!"
    "Selamat Istirahat Guru!?"
    "Ya!"

    Aku Keluar Dari Tempat Tidur Guru.

    Aku Keluar Rumah Dan Mencari Bahan Makanan. Aku Sudah Memburu Babi Hutan Sebelum Guru Siuman.

    Aku Mengiris Beberapa Bagian Daging Babi Hutan Dan Membuang Bagian Organ Dalam Dan Kulitnya. Aku Hanya Menggunakan Dagingnya Saja.

    Aku Menyiapkan Api Unggun. Aku Menaruh Daging Di Atas Api. Aku Memasak Daging Itu Dengan Cara Membakarnya. Aku Sudah Menaburi Daging Dengan Garam Batu, Merica, Dan Gula Saja. Bahan Rempah Sangatlah Mahal Kami Tidak Bisa Membelinya. Aku Menyimpan Uang Untuk Perjalanan Nanti.

    Ubi Yang Aku Ambil Di Hutan Hanya Aku Bakar Saja. Cuma Buat Pendamping Daging.

    Bau Daging Sudah Keluar, Aku Terus Memutar-mutar daging Biar Matang Merata. Ubi Nya Sudah Matang Jadi Aku Mengambil Agar Tidak Gosong. Ubi Sudah Empuk Dan Matang Merata. Untuk Dagingnya Aku Harus Menunggu Lama Untuk Matang. Jika Aku Mengambilnya Sekarang Kemungkinan Daging Didalam Masih Belum Matang Merata. Aku Menjaga Api Biar Tidak Mati. Dagingnya Masih Menunggu Beberapa Menit Lagi.

    "Rito! Kamu Sedang Membuat Makanan!"
    "YA Guru! Sebentar Lagi Matang Dagingnya Tinggal Menyiapkan Makanannya Di Dalam! Guruuu... kenapa Guru Bergerak...!?"
    "Apa Aku Gag Boleh?"
    "Tidak! Seharusnya Guru Istirahat. Guru Masih Baru Siuman Jadi Guru Istirahat Dan Berbaring Lagi!?"
    "tidak apa-apa? Kalau Terlalu Banyak Tidur! Nanti Badan Makin Semua!"
    "Tidak Boleh! Guru Harus Istirahat!"
    "Tidak, Guru Mau Bergerak!"
    "Tidak Boleh! Guru Harus Berbaring Sekarang!"
    "Tidak Mau, Guru Mau Membantu!"
    "Jangan! Guru Tak Boleh Membantu!"
    "Tidak Mau! Aku Akan Marah, Jika Kamu Tetap Begitu!"
    "Ok! Ok! Ok! Tapi Aku Ingin Guru Duduk Di Tempat Makan!"
    "Baiklah!"

    Guru Masuk Ke rumah Setelah Berdebat Denganku.

    'Kenapa Guru Sudah Bergerak?! Seharusnya Tubuh Guru Masih Belum Bisa Menggerakkan Tubuh Guru!? Mungkinkah Tubuh Guru Tidak Tidur Selama 4.5 tahun, Tetapi Mungkinkah Tubuh Guru Seperti Tertidur Sehari Saja. Jika itu Benar, Mungkinkah Tubuh Guru Tidak Bergerak Karena Efek Jurus Penidurku Dan Guru Membatalkan Jurus Penidur Ku Yang Sudah Melemah Jadi Guru Bisa Membatalkan Jurus Penidurku. Begitu Ya! Kenapa Tubuh Guru Tetap Sama Seperti 4.5 tahun Yang Lalu, Tidak Berubah Sama Sekali. Mungkinkah Efek Jurus Penidurku Menghentikan Pertumbuhan, penuaan, Dan Yang Ada Di ingatannya Itu. Ingatan Yang Sebelum Tidur.'

    Aku Membawa Daging Ke rumah Dan Menuju Guru Yang Berada Diruang Makan. Ketika Aku Sampai Guru Sudah Menyiapkan Piring Kayu Dan Sendok Kayu.

    "kamu Sudah Selesai Memasak Rito!?"
    "Ya Guru! Aku Sudah Memasak Dagingnya Sampai Matang!"
    "Itu Daging Apa?!"
    "Ini Daging Babi Hutan!?"
    "Apa Daging Babi Hutan?"
    "Ya Guru!?"
    "Dapat Dari Mana? Apa Kamu Membelinya?"
    "Tidak!?"
    "terus Dapat Dari mana?"
    "Aku Memburunya Dihutan."
    "Apa? Dari Hutan. Kamu Sudah Bisa Memburunya!"
    "Ya!"
    "Sejak Kapan Kamu Bisa Memburu Babi Hutan!?"
    "Sejak Umur 5 tahun Guru!"
    "Apa 5 tahun? Seharusnya Kamu Tidak Melakukan Itu! Seharusnya Kamu Melakukan Ketika Sudah Umur 10 tahun!?"
    "Apa Guru Memarahiku?"
    "Ya! Guru Akan Memarahi Mu Jika Guru Mengetahuinya! Kamu Beruntung! Guru Tidur Waktu Itu!"
    "Ya, maafkan Aku Guru!"
    "Tak Masalah! Karena Sudah Terlanjur. Jadi Guru Tak Bisa Memarahi Mu!?"
    "Terima kasih Guru!?"
    "Ya! Sama-sama!?”

    Dengan Menyesal Aku Menundukkan Kepala Dan Minta Maaf.

    "ayo Kita Makan!"
    "Baik Guru!"

    Kami Mulai Makan, Ubi Yang Dibakar Dan Daging Babi Hutan Yang Dipanggang.

    "Guru!"
    "Ya! Ada Apa?"
    "Bukankah! Guru Akan Mengatakan, Bila Ketika Sudah Sampai Rumah. Guru Akan Mengatakan Semuanya!?"
    "Ya Baiklah! Aku Menceritakan!?"
    "Ya Guru! Terima kasih!?"
    "Sambil Makan Tak Apakan!?"
    "tak Apa Guru!?"
    "Mau Cerita Yang Mana!?"
    "Kenapa Guru Diculik Dan Beri Tahu Nama Guru Sesungguhnya!?"
    "Baiklah! Guru Akan Ceritakan Semua!?"
    "Ya Guru!?"

    Kami Mulai Makan, Dan Guru Mulai Menceritakan Semuanya. Apa Yang Terjadi.

    "Waktu Itu, Kira-kira Setelah Kamu Tidur. Guru Membuat Pedang Dari Pohon Yang Kita Ambil Waktu Itu Dan Langsung Membuat Dan Membentuknya. Setelah Bentuk Pedang Itu Rapi Dan Bagus. Guru Mencoba Mengeringkannya Dengan Jurus Guru. Ketika Kira-kira Waktu Larut Malam. Ada Seseorang Yang Datang Kira-kira 5 orang Berada Di Depan Pintu. Mereka Tidak Bersuara Hanya Terdengar Suara Jejak Kaki Saja. Lalu Guru Mencoba melihat. Mereka Mengetahui Keberadaan Guru. Jadi Guru Membuka Pintu Dan Keluar. Ketika Guru Baru Membuka Setengah Pintu. Mereka Mengeluarkan Jurus Yang Sangat Hebat. Jurus Penidur Tingkat Tinggi."
    "Apa Guru Tidak Melawan Jurus Mereka?"
    "Bukannya Guru Tidak Melawannya, Tetapi Guru Tidak Sempat Menggunakan Jurus Penangkalnya. Jadi Guru Langsung Tertidur Dan Tak Bergerak. Guru Tak Ingat Apa Yang Terjadi Setelah Itu. Ketika Guru Siuman. Tubuh Guru Tidak Bisa Bergerak. Dan Lalu Guru Melihat Sekeliling. Guru Berada Di Dalam Sebuah Kurungan Yang Sudah Di Beri Jurus Penangkal Agar Guru Tidak Keluar Dari Kurungan Itu. Di Luar Kurungan itu Ada Enam Orang. Yang 5 orang Itu Mereka Yang Menculik Guru Dan Satu Orang Lagi Bernama Vimoust Scircon. Pemilik Rumah Itu."
    "Apa Guru Mengenalnya?"
    "Ya! Guru Mengenalnya! Bahkan Waktu Aku Masih Umur 9 tahun!?"
    "Tunggu dulu Umur 9 tahun!? Kenapa Guru Bisa Mengenalnya?"
    "Ya! Karena Keluarga Guru Mengenal Dia!?"
    "Untuk Apa Dia datang Ke Keluarga Guru?"
    "Untuk Melamar Guru Dan Menjadikan Istrinya!?"
    "Apaaaaaa?"

    Aku Kaget Dan Memuncratkan Beberapa Makanan Dimulutku.

    "Kamu Tak Apa Rito!?"
    "Tak Apa Kok Guru!? Cuma Kaget Saja Dengan Kata-kata Guru Barusan!? maaf Guru!?"
    "Tak Apa Kok!? Tolong Lebih Hati-hati lagi Ya!"
    "Ya Guru! Lalu Guru Keluarga Guru Dan Jawaban Guru Apa?"
    "Keluarga Guru Menyetujuinya Dan Menerimanya. Tetapi Guru Menolaknya Dan Ingin Fokus Pada Ilmu Pedang Dan Jurus Guru!"
    "lalu Jawaban Keluarga Guru Dan Tuan Vimoust Bagaimana?"
    "Tuan Vimoust Marah Dan Memaksa Pernikahan Itu! Tapi Aku Tetap Menolaknya Dengan Keras Dan Duduk Di belakang Keluarga Guru, Lalu Keluarga Guru Kaget Dan Sok, Mereka Marah Dan Terus Memaksa Persetujuan Pernikahan Itu, Kemudian Mereka Mengusir Guru Dari Rumah Dan Melarang Guru Kembali Ke rumah Sebelum Guru Menyetujui Pernikahan Antara Guru Dan Tuan Vimoust!"
    "sungguh Menyedihkan Cerita Guru! Lalu Setelah Guru Di Usir Sama Keluarga Guru, guru Pergi Kemana!?"
    "Guru Pergi Ke Berbagai Tempat, Guru Terus Berjuang Hidup Mencari Makan Dan Menabung Uang Yang Guru Dapatkan Dari Hasil Berburu. Banyak Suka Dan Duka Yang Pernah Guru Hadapi. Dari Pemukulan Orang Lain Dituduh Mencuri Hasil Buruan, mencuri Makanan Orang Lain, Bahkan disalahkan Menyakiti Anak Orang Lain! Guru Tetap Sabar, Banyak Orang Menjauhi Guru Karena Guru Dekil Dan Bau."
    "Bau! Mungkinkah! Guru Tak Pernah Mandi Waktu Itu!"
    "Hehehehe!? Dulu Jauh Sama Sungai Jadi Jarang Mandi!?"
    "Beneran! Tetapi Kenapa Guru Sekarang Sangat Cantik!?"
    "Apa Kamu Menggoda Guru?"
    "Tidak! Aku Tidak Menggoda Guru! Aku Mengatakan Sebenarnya! Aku Tak Bohong!"

    Wajah Guru Memerah Dengan Malu.

    "lalu Selanjutnya Guru!?"
    "Guru Selalu Berpindah-pindah Tempat!?"
    "Kenapa Guru?"
    "Karena Tuan Vimoust Mengetahui Tempat Guru Berada, Tuan Vimoust Memerintah Pelayannya Untuk Mencariku Setelah Ketemu Dengan Guru Pelayannya Mengawasiku. Ketika Guru Menyadari Itu. Guru Langsung Pergi Dengan Hati-hati agar Pelayan Tuan Vimoust Tidak Mengetahuinya Kalau Aku Melarikan Diri Lagi."
    "terus!"
    "Ketika Setelah Berbagai Tempat Guru Kunjungi, Guru Berakhir Disini, Selama 5 tahun Guru Disini Dan Pelayan Tuan Vimoust Tidak Mengetahui Sama Sekali! Setelah Itu Aku Menemukanmu Di Depan Rumah Dan Datang Menemani Guru Tiap Harinya!"
    "Benarkah! Apakah Guru Kesepian Ketika Sebelum Aku Datang Ke rumah Guru!"
    "Tidak! Guru Bahagia Ketika Guru Membeli Rumah Disini!?"
    "Begitu Ya!"
    "Apakah Sekarang Guru Bahagia Ketika Aku Berada Disini!?"
    "Ya! Aku Sangat Bahagia!"
    "Benarkah!"
    "Ya!?"

    Makanan Kami Sudah Habis, Lalu Guru Melanjutkan Cerita.

    "Lanjutkan Lagi Ceritanya Ketika Guru Berada Di Kurungan!"
    "Baiklah! Ketika Waktu Itu. Tuan Vimoust Memaksa Pernikahan Dengan Guru. Tuan Vimoust Mengeluarkan Surat Perjanjian, Di Dalam Isi Perjanjian Itu Dimana Bila Guru Tidak Menikahi Tuan Vimoust, tuan Vimoust Akan Mengeksekusi Keluarga Guru. Walau Mereka Menyakiti Guru Tetap Saja Mereka Keluarga Guru. Guru Tak Bisa Melihat Keluarga Guru Dieksekusi. Jadi Guru Menerimanya. Walau Berat Rasanya. Guru Harus Melakukannya."
    "Jadi Itu Sebabnya Guru Sedih Ketika Aku Menemukan Guru!"
    "Ya! Guru Sangat Sedih, Guru Tak Tahu Apa Yang Harus Guru Lakukan Lagi?"
    "Begitu Ya!"
    "Ya! Guru Senang Saat Kamu Datang Dan Menyelamatkan Guru. Tapi Guru Sedih Karena Guru Sudah Melibatkan Masalah Ini Denganmu!"

    Guru Berbicara Dengan Nada Sedih.

    "Jangan Begitu Guru! Aku Sudah Berjanji Aku Akan Menyelamatkan Guru. Aku Tidak Mau Kehilangan Guru. Aku Ingin Guru Melihatku Dimasa Depan. Aku Tak Ingin Guru Meninggalkanku Disaat Aku Masih Berkembang Dan Belum Menunjukkan Kehebatanku Kepada Guru. Jadi Aku Mohon Guru Jangan Mengatakan Itu Lagi."
    "Ya!"
    "Aku Akan Terus Melindungi Guru Dan Menyelamatkan Guru Apa pun Yang Terjadi. Walaupun Nyawaku Taruhannya. Karena Guru Adalah Guru Tercintaku."

    Muka Guru Makin Merah Seperti Tomat.

    "tapi...!?"
    "Tidak Tapi-tapian Guru Harus Menerimanya Karena Aku Murid Guru!?"

    Tiba-tiba Guru Memelukku Dengan Erat.

    "Terima kasih Rito! Terima kasih Rito! Kamu Murid Tercintaku!"
    "Ya Guru!?"

    Aku Mencoba Bilang, 'Guru Jangan Peluk Aku, Itu Membuatku Malu!?' tapi Aku Tidak Mengatakannya. Jadi Aku Membiarkan Guru Memelukku. Mungkin Lebih Baik Aku Menanyakan Yang Lain Saja.

    "Guru!"
    "Ya Rito! Ada Apa?"
    "Bukankah Guru Waktu Itu Akan Memberikan Siapa Nama Guru Padaku?"
    "Ya! Aku Bisa Mengatakannya!"
    "Tapi Sebelum Guru Mengatakannya! Kenapa Guru Tak Pernah Menyebutkan Nama Guru Padaku!"
    "Sebenarnya Guru Ingin Menatakannya, Tetapi Guru Tak Bisa Mengatakannya Karena Guru Takut, Kamu Tanpa Sadar Menyebutkan Nama Guru Pada Orang Lain Jadi Guru Tetap Diam Saja!"
    "Begitu Ya!"
    "Ya! Guru Takut Tuan Vimoust Mengetahui Guru Disini. Maafkan Guru!?"
    "Ya Tak Masalah. Aku Juga Mengerti Guru. Karena Masalah Mendesak Guru Tetap Menyembunyikannya. Jadi Guru Lebih Baik Guru Tak Mempersalahkan Itu Lagi!?"
    "Ya, terima Kasih Rito. Kamu Murid Yang Baik!?"
    "Ya, Sama2 Guru. Dan Sekarang Guru Tolong Beri Tahu Nama Guru!?"
    "Mungkin Kamu Sudah Mendengarnya Disana!"
    "Kurasa Mungkin Saja. Tapi Aku Sudah Lupa!?"
    "Begitu Ya.!?"
    "Tapi Aku Sedikit Mengingat Kalau Tidak Salah Ve... Ve....."
    "Ya. Ve Terus!?"
    "Velince Kalau Pernah Ingat!?"
    "Kamu Benar Rito. Tapi Nama Sebenar Guru Velince Leyenca. Itu Nama Guru Sebenarnya."
    "Dua Kata Dalam Nama Guru!?"
    "Ya Dua Kata!?"

    Aku Sangat Terkejut Mendengarnya. Dengan Gugupnya Aku Berkata.

    "Mungkinkah Guru Dari...!?"

    Guru Hanya Tersenyum

    "Mungkinkah Guru Dari Keluarga Bangsawan!?"
    "Ya. Memang Guru Dari Keluarga Bangsawan. Memangnya Kenapa!?"

    Aku Makin Gugup Mendengarnya Dan Jantungku Makin Berdetak Kencang.

    "apaaaaa????"
    "Ada Apa Rito!?"
    "Guru Dari Keluarga Bangsawan!?"
    "Ya. Guru Dari Keluarga Bangsawan!?"
    "Apakah Ini Mimpi?"
    "Hei! Rito. Kamu Kenapa? Hei Rito!"
    "Guru Dari Keluarga Bangsawan!?"
    "Ya. Guru Dari Keluarga Bangsawan. Rito Kamu Kenapa?"

    Tanpa Sadar Aku Menundukkan Kepala.

    "maafkan Saya! Yang Telah Menyebabkan Nona Bangsawan Begini!?"

    Aku Tanpa Sadar Juga Mengatakan Dengan Sangat Formal.

    "Hei Rito! Apa Yang Kamu Lakukan Dan Kamu Katakan?"
    "Maafkan Saya! Atas Ketidaksopanan Saya Kepada Anda Nona!?"

    Guru Mencoba Membangunkan Aku Dan Menyadarkanku, Tapi Guru Tak Mampu Menyadarkan Aku.

    "Hei Rito! Cepat Sadarkan Diri. Tolong Kamu Bangun!?"
    "Tidak Nona, Maafkan Saya!?"

    Guru Terdiam Sejenak.

    "Rito Guru Akan Memaafkanmu Bila Kamu Mau Menjadi Tunanganku!?"
    "Apaaa!?"

    Aku Makin Kaget Apa Yang Dikatakan Guru.

    "Nona Jangan Bercanda!?"
    "Guru Tidak Bercanda!? Bila Kamu Tidak Mengembalikan Sifatmu Kembali Semula. Kamu Harus Menjadi Tunanganku.!?"

    Aku Bingung Apa Yang Harus Dilakukan.

    "Apa Yang Harus Kulakukan?"

    Aku Bingung Dan Tidak Mendengarkan Apa Yang Dikatakan Guru.

    'Bila Kamu Tidak Menjawab Di Hitungan Kelima Kamu Harus Menjadi Tunangan Ku'

    'satu!?'

    Aku Tak Mendengar

    'Dua'

    "Bagaimana Ini?"

    'Tiga'

    "aaarggghhh!?"

    'Empat'

    "lima"

    "Lima!? Apanya Yang Lima Guru!?"
    "Guru Menghitung Sampai Lima Tadi!?"
    "Guru Menghitung Apa?"
    "Guru Menghitung Sampai Lima Bila Kamu Tidak Menjawabnya. Kamu Resmi Menjadi Tunangan Guru!?"
    "Apaaaaa!?"

    Aku Pingsan Karena Kaget Dan Tidur.


    0 komentar:

    Posting Komentar

  • Next Prev