• Rito_Megaredrcn - Volume 01_Chapter 002

    Volume 01_Chapter 002 lingkaran dan segitiga didalamnya yang aneh di tangan


    Malam Telah Datang, Aku Rito Masih belum Bisa Masuk Ke rumah besar ini. Aura Guru Masih Menunjukkan Ke dalam Rumah Bangsawan Ini. Aku Berusaha Menggedor-gedor pintu Gerbang Ini, Tapi Tak Ada Yang Menjawab Ataupun Menemui Ku. Aku Sudah Berjam-jam Berada Di Depan Pintu Gerbang Ini.

    "Aku Ingin Bertemu Guru, Kembalikan Guru Ku. Tak Akan Aku Serahkan Guruku Tercinta! Tolong Kembalikan!"

    Aku terus meneriaki sampai aku lelah.

    Aku Mulai Terdiam Dan Mulai Bangkit. Untuk Mencari Cara Untuk Masuk.

    Aku Memegang Kedua Pedang Kayu Ku Di Dua Tanganku. Tangan Kanan Ku Pedang Yang Biasa Aku Gunakan Untuk Berlatih, Dan Ditangan Kiriku Adalah Pedang Yang Baru Saja Aku Dapatkan Dari Guru Yang Dibuat Semalam.

    Aku Berjalan Mengelilingi Kearah Kanan Untuk Mencari Jalan Atau Lubang Yang Bisa Dilewati. Menyusuri Dari Kiri Rumah, Ada Penjaganya.

    "Emmm! Bila Aku Berteriak Dan Bertanya Pada Orang-orang yang Ada Disana! Apakah Mereka Semua Akan Mendengarkan Aku Dan Menjawab Pertanyaanku?"

    Aku Menghadap Ke orang-orang Yang Ada Sisi Kiri Rumah Yang Berada Di Dalam Pagar.

    "Aku rasa tidak, lebih Baik Tidak Aku Lakukan. Aku Lebih Baik Mencari Jalan Yang Bisa Aku Lewati!?"

    Aku Melanjutkan Langkah Kaki Ku.

    "Huh! Aku Sudah Mengelilingi Sekitar Rumah Ini. Tapi Tak Ada Jalan Untuk Masuk. Semua Pintu Tertutup Rapat, Tak Ada Jalan. Bahkan Tak Ada Lubang Di Pagar Kayu Rumah Ini. Bagaimana Cara Ku Untuk Masuk!?"

    Malam Makin Larut, Warga Sekitar Tak Ada Yang Berlalu Lalang Di jalan ini. Mungkin Sudah Pada Masuk Rumah Semua Dan Tidur.

    'Guru, Bagaimana Cara Aku Menyelamatkan Guruu! Aku Ingin Menyelamatkan mu Guru!?' dalam Benakku.

    Aku Memikirkan Cara Yang Lain. Tapi Aku Hanya Anak Kecil Yang Masih Berumur 4 tahun. Yang Tidak Bisa Berbuat Apa-apa.

    Aku Mulai Berjalan Mengelilingi Rumah Lagi.

    Aku pun Terhenti Ketika Melihat jalan air dan turun ke jalan air di tepi jalan. Aku menyusuri jalan air itu dan melihat Sebuah Gorong-gorong Di Sisi Kanan Jalan, Gorong-gorong Itu Menuju Ke dalam Rumah Itu. Aku mencoba masuk melalui Gorong-gorong Itu.

    "Ada Gorong-gorong, Tapi Ukurannya Tidak Terlalu Besar. Aku Hanya Bisa Berjalan Merangkak Masuk Saja!"

    Aku Berjalan Merangkak Di Dalam Gorong-gorong. Di Dalam Sangat Gelap Dan Sedikit Bau. Aku Berusaha Menahan Semua Bau Yang Ada Di Gorong-gorong.

    ‘baunya tidak tertahankan aku menahan nafas dengan penahan nafas yang di ajarkan oleh guru'

    Guru mengajari teknik menahan nafas ketika setelah guru mengajari teknik penahan nafas, aku menguasainya dalam kurun waktu satu bulan.

    Entah kenapa aku semakin bersemangat dengan pengajaran guru ketika melatihku.

    Aku terus melangkah.

    Tangan Dan Kakiku Sakit Semua, Benda Yang Aku Pegang Dan Aku Injak Itu Batu, Batunya Sangat Kasar Bahkan Ada Yang Lancip. Membuat Kaki Dan Tanganku terasa Lecet Dan Terluka.

    "Demi Guru Aku Akan Ku Lakukan, Tubuh Hancur. Darah Habis. Aku Akan Menyelamatkan Guru Tercintaku! Guru Bertahanlah!"

    Cahaya Gelap Berangsur-angsur Sedikit Terang, Aku Keluar Menuju Tempat Cahaya Itu. 

    Lalu mendengar suara ramai dari rumah besar itu. Aku Keluar Dengan Hati-hati dari Gorong-gorong Agar Penjaga Tidak Menemukanku.

    Aku bergegas mendekati rumah itu. Dan menempel kuping ku ke sebuah celah lubang kecil itu.

    "Selamat Tuan Besar! Atas Pernikahannya Yang Akan Dilaksanakan Segera" 
    "Selamat Tuan Besar" 

    Banyak Orang Yang Ada Dirumah! Saling sahut-menyahut mengucapkan selamat kepada si tuan besar itu.

    'Siapa Yang Akan Menikah! Siapa Itu?! Apakah Guru?! Gak Mungkin! Jika itu guru, Aku Tak Akan Menerimanya!'

    Aku Mulai Bergegas mencari lubang untuk melihat dengan mataku sendiri. Aku Berjalan Mengendap-endap Agar Tidak Ketahuan.

    ‘Ada Cahaya Yang Keluar Dari Lubang Itu, Tapi Terlalu Tinggi.’

    Ketika Ada Melihat Sekeliling Untuk Mencari Pijakan. Aku Melihat Jerami Yang Ditata Rapi, Terdapat 3 tumpukan, Aku Menaiki Jerami Itu Satu Persatu. Sesampai Diatas Aku Mencoba Mengintip Dari Lubang Itu.

    Aku Melihat dari lubang itu dengan seksama. Untuk Mencari Guru. Lalu Mataku Tertuju Dengan Seorang Perempuan Yang Sangat Indah Dan Cantik.

    'Mungkinkah Itu Guru, Dengan Pakaian Tradisional Dengan Indah! Guru Begitu Cantik Hari Ini! Apa Yang Terjadi. Kenapa Guru Memakai Pakaian Itu?! Guru Tak Punya Pakaian Seperti Itu. Guru Hanya Punya Pakaian Sehari-hari Saja Seingatku! Mungkinkah Guru Menyimpannya Atau Guru Tak Pernah Memakainya!'

    Aku Berusaha Memikirkannya Apa Yang Terjadi Pada Guru. 

    'Jika itu memang benar guru Tapi Guru Kenapa Kelihatan Sedih Dengan balutan Pakaian Indah Itu! Kenapa Guru Sedih?!'

    Aku Melihat Kearah Guru.

    "Para Tuan Dan Nyonya Yang Telah Datang Diacara Pernikahan Tuan Besar Vimoust. Saya Sebagai Kepala Pelayan Dari Keluarga Tuan Besar Vimoust. Saya Ucapan Terima Kasih Atas Kedatangan Tuan Dan Nyonya. Kami Akan Melaksanakan Pernikahan Tuan Besar Vimoust Scircon Dengan Nyonya Velince Akan segera Dimulai."
    "hore!"
    "Selamat!"

    Gemuruh Suara Orang Yang Ada Di Dalam Dengan Gembira. Tepuk Tangan Dan Sorak-sorai Para Undangan yang datang.

    'Apa Yang Terjadi?! Siapa Itu Velince! Mungkinkah Nama Guru Atau Orang Lain. Kalau Itu Bukan Guru, Kenapa Guru Sedih? Kenapa Guru Duduk Di samping Dengan Orang Itu? Kenapa Guru Tidak Bilang Akan Menikah? Kenapa? Kenapa?'

    Aku Merasa Sedih Dan Kecewa. Atas Yang Dilakukan Oleh Guru Di Depan Mataku.

    Ingatan Guru Di Pikiranku Muncul. 

    'Guru! Kenapa Guru Tidak Menerima Lamaran Pernikahan Orang-orang Yang Berusaha Menikahi Guru!'
    'Bukannya Guru Tidak Mau, Tapi Guru Hanya Ingin Menjalani Hidup Dengan Ceria dan damai! Guru Ingin Mencari Orang Yang Bisa Melindungi Guru Dengan Menaruhkan Nyawa Nya Demi Guru. Bukan Hanya Demi Kehebatan Guru Dan Tubuh Guru Semata! Tetapi dia melakukannya demi agar disampingku!'
    'Kalau Gitu! Aku Akan Melindungi Guru Dan Menaruhkan Nyawa Ku Demi Guru!'
    'Jangan! Lebih Baik Kamu Taruhkan Nyawa Demi Yang Kamu Cintai! bukan Demi Guru Mu Ini!'
    'Tidak! Aku Akan Mempertaruhkan Nyawaku Demi Guru! Karena Aku Mencintai Guru! Aku Sayang Guru! Aku Takkkan Mendengarkan Guru! Akan Ku Lakukan Apa pun Demi Yang Aku Sayangi!'

    Muka Guru Mulai Memerah. Dan Memelukku.

    Aku Mulai Teringat Perbincangan Yang Aku Lakukan Sama Guru. Tubuhku Mulai Bertenaga. 

    BRAAAKKKK

    Semua Seorang Langsung Tertuju Dengan Suara hancur itu

    Tanpa sadar aku mendobrak cendela yang disampingku. Suara keras karena aku menghancurkan cendela itu.

     "Hentikaaaaaaaaaan!"

    Aku pun Berteriak Tanpa Sadar Dan Melihatku Dengan Kaget.

    "Perempuan Disana Adalah Guruku!"

    aku Menunjuk Ke Arah Guru

    "Dia Adalah Milikku Takkan Ku Serahkan Pada Orang Lain. Terutama Kau Yang Membuat Wajah Guru Sedih. Serahkan Guru Padaku!"

    Aku Berteriak Dengan Memegang Pedang Kayu Di Kedua tanganku.

    "Rito!" teriak Guru Sambil Menangis.

    Guru Tak Bisa Lari, Ada Beberapa Pelayan Perempuan Yang Menahan Guru.

    "Hahahaha" Semua Yang Ada Di Dalam Tertawa.
    "Hei! Precil. Kalau Kau Ingin Bermain-main. Bermain Diluar Sana. Jangan Disini! Ini Tempat Hanya Bagi Orang Dewasa. Tempat Dewasa Berpesta. Pergi Sana Jauh-jauh. Penjaga Tendang cebol itu Keluar!"
    """Baik Tuan Besar Vimoust!"""

    Tiga Penjaga Itu Mulai Berdiri Di Depanku Di Antara Aku Dan Guru.

    "Bunuh Saja!" Teriak Seorang Laki-laki Yang Menghadiri Pernikahan Ini
    """""bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh!""""" teriak Semua Orang.

    Aku Bersiap-siap membuat kuda-kuda Untuk Menahan Semua Serangan Bila mereka Menyerangku.

    Aku Memegang Dua Pedang Ku Dengan Kedua Tanganku.

    "Bunuh Saja Precil Itu! Jika Dibiarkan Hidup! Dia Akan Terus Mengganggu"
    "baik Tuan Besar Vimoust!"

    Ketiga Penjaga Itu Menerima Perintah Tuan Nya Dan Melaksanakan Perintah Tuannya. Ketiga Penjaga Mulai Menyerangku Dengan Tombak-tombak Mereka dari segala penjuru. Aku Menghindar Ke kanan Dan Ke kiri. Aku Berusaha Menghindari Semua Tombak Yang Di Arahkan Ketiga Penjaga Itu Ke Arahku.

    Aku Berhasil Menghindari Semua Tombak Tanpa Terluka. Karena Guru Mengajariku Dengan Baik. Pelajaran Guru Sangatlah Ketat. Bahkan Saat Aku Lelahpun Guru Tetap Menyerangku.

    'Rito Bangun! Kalau Kamu Lemah Dan Lembek Begini. Kamu Takkan Bisa Menyelamatkan Seseorang Yang kamu Cintai. Kamu Akan Ditinggal Sendiri. Orang Yang Kamu Cintai Akan Menderita Dengan Orang Lain. Tersiksa Seumur Hidupnya. Bangunlah Rito! Cepat Bangun!'
    'Baik Guru! Aku Akan Berusaha Sekuat Tenagaku! Aku Akan Menolong Yang Aku Sayangi!'
    'Ini Baru Muridku, Aku Akan Mulai Bersungguh-sungguh Mengajarimu. Jadi Kuatlah Mulai Sekarang! Keluarkan Semua Tenagamu!'
    ‘baik guru!’
    'Kalau tubuhmu terluka teruslah bangun! Jika tubuhmu terbaring di tanah teruslah bangkit. Hancurkan tubuhmu hancurkan jiwamu buang semua egomu. Railah yang kamu sayang. Jangan biarkan dia sampai meninggalkan mu sendiri. Darah bercucuran tahan lah. Tulangmu patah. Buat dan lukailah tubuhmu yang lain agar tulangmu yang terluka tidak akan merasakan sakit. Selamatkan  dan buatlah orang yang kamu sayang bahagia dan ceria bersama mu.’

    Semenjak Hari Itu Aku Mulai Berlatih Sungguh-sungguh Tanpa Henti. Aku Ingin Memberi Tahu Guru, Kalau Aku Bisa Melakukannya.

    "Penjaga Cepat Bunuh Precil itu! Cepat Bunuh Precil itu!"
    "Baik Tuan!"

    Penjaga Mulai Menyerangku Dengan Jurusnya, Aku Berhasil Menghindari Semua Tombaknya. Aku Membuat Kuda-kuda Untuk Menghancurkan Tombak Mereka.

    KLANG KLANG KLANG

    Suara Benturan Pedang Kayu Dan Tombak, Senjata Kami Saling Benturan. Pedang Kayu Yang Aku Gunakan Berlatih Mulai Sedikit Hancur. Aku Mengayunkan Pedang Ke kanan Dan Ke kiri. Terus Berulang. Tombak Mereka Patah Menjadi Dua. Mereka Mulai Mundur Dan Bertahan.

    "Kalian Penjaga. Kenapa Kalian Tidak Bisa Membunuh Precil Itu?! Kenapa Senjata Kalian yang malah Hancur?!"
    "Maafkan Kami Tuan Besar Vimoust! Dia Sangat Hebat Dan Pedang Kayu Yang Dia Gunakan Sangatlah Kuat!"
    "Kalian Semua Memang Tak Becus! Kalian Minggir Biar Aku Saja Yang Menghabisi Precil Itu!?"
    "Tapi Tuan!?"
    "Minggir!?"
    "Maafkan kami menyela Tuan Besar Vimoust, Biar Kami Penjaga Segi Lima Yang Menghadapi Cebol. Kami Akan Membunuh Dia Dengan Cepat! Tangan Tuan Jangan Dinodai Dengan Darah Cebol Di Hari Pernikahan Tuan!?" Kata Salah Satu Orang Laki-laki Dari Lima Laki-laki.

    'aku pikir yang sedang berbincang dengan orang itu mungkin pemimpin mereka berempat!’

    "lakukan Cepat! Bunuh Precil itu Agar Pernikahanku Dengan Velince Cepat Disenggarakan!"
    "Baik Tuan Besar Vimoust! Kami Akan Melakukan Segera!" sahut Orang Laki-laki Yang Tadi.

    Kelima Orang Itu Menghampiriku Dan Mulai Melakukan Kuda-kuda Untuk Menyerangku.

    'Aura Mereka Sama Dengan Aura Yang Ada Didepan Rumah Guru waktu itu! Mungkinkah Mereka Yang Membawa Guru Kemari. Mungkinkah Mereka Yang Menculik Guru. Tapi Kenapa Guru Tidak Melawan.' dalam Benakku 'Tidak Mungkin Guru Tidak Melawan Atau Mungkin Guru Tidak Bisa Melawan Mereka. Mungkinkah Mereka Lebih Kuat Dari Guru. Mungkin Itu Sebabnya Guru Tak Melawannya.’ Aku berpikir sejenak ‘Jadi Begitu Mereka Sangat Hebat Dari Pada Guru!' lanjutku 'Apakah Aku Bisa Menghadapi Mereka. Guru Saja Tak Bisa Menghadapi Mereka. Apa Yang Harus Aku Lakukan Sekarang! Apakah aku bisa bertahan! Apakah aku bisa menghadapi mereka semua!'

    Mereka Mulai Menyerang Dan Mengelilingiku. Dengan Kecepatan Tinggi Aura Merah Menendang Wajahku Dengan Kaki Kanannya. Aura Kuning Memukul dengan Tangan Kanannya, Aura Kuning Menendang Dengan Kaki Kirinya. Aura Biru Dan Hijau Memukul Bersamaan Dengan Tangan Kiri Dan Kanan Mereka. Aku Tidak Bisa Menahan Serangan Mereka, aku Menjadi Bulan-bulanan Mereka. Tubuhku Penuh Luka.

    '"ukkkkk"

    Aku Mencoba Menahan Pukulan Mereka. Mereka terus menyerang ku tanpa henti bahkan aku tidak bisa mengambil nafas sama sekali.

    Disela-sela mereka berlima menyerangku secara bertubi-tubi Vimoust dan bangsawan yang hadir mulai berpesta.

    “Semuanya Mari Bersulang. Kita Sebelum Memulai Acara Utamanya. Kita Akan Memulai Dengan Acara Pembuka Dulu! Hhahhahhhhaha!"
    """"""Bersulang!!!""""""
    "Bunuh Dia!"
    "tendang Dia!"
    "Hancurkan Tubuhnya!"
    "Pukul Terus!"

    Mereka Terus Mengatakan Semua Berulang-ulang. Aku Tak Bisa Menahan Tubuh Ku. Aku Mulai Lemah. Aku Tak Kuat Berdiri. Aku Terus Berusaha Berdiri. Tetapi....

    "Hentikan! Jangan Sakiti Rito! Tolong Hentikan!" teriak Guru Sambil Menangis Lemah.
    "Hahahaha! Kau Ingin Kami Menghentikan Itu. Kurasa Aku Bisa Meminta Menghentikan Itu. Tapi Satu Syarat Yang Harus Kau Terima!" kata Vimoust Dengan Memegang Dagu Guru Dengan Tangan Kanannya.
    "Apa Itu? Tolong Cepat Katakan Dan Hentikan Mereka?!"
    "Baiklah! Kau Harus Menerima Lamaran Ku Untuk Menjadi Istri Ke 38 ku! Hahahaha"

    Guru Terdiam, Dengan Berat Menjawab 

    "ba---"
    "Guru Jangan Katakan Itu! Aku Sudah Berjanji Pada Guru Kalau Aku Akan Menyelamatkan Guru, Biarkan Tubuh Ini Hancur. Biarkan Aku Menyelamatkan Guru. Jangan Biarkan Aku Menjadi Murid Tak Berguna. Tolong Guru Jangan Katakan Itu!"
    "Tapi Rito--"
    "Tidak Guru, aku Lebih Baik Mati Dari Pada Menyerahkan Guru Kepada Orang Yang Membuat Sedih Dan Menangis Guru!"
    "wahahahaahhahaahaaha! Sungguh Dramatis Kalian Berdua! Sungguh Terharu Aku Dengan Kisah Kalian! Wahahhahahahah!" kata Vimoust "Cepat Bunuh Precil Itu!"
    """""baiklah Tuan Besar Vimoust!"""""

    Mereka Mulai Menyerangku Membabi Buta Tanpa Ampun. Kesadaran Ku Mulai Menghilang. Aku Terjatuh Ketanah Dan Terbaring Terkapar Tanpa Sadar.

    "Rito! Tidaaaaaaaak! Hentikaaaaaaan!" Teriak Guru
    Kesadaranku Mulai Menghilang.

    Di Dalam Mulai Gelap, Makin Gelap. Aku Mencoba Mengerakkan Tubuh Ku.

    "Apa Yang Terjadi? Dimana Ini? Dimana Guru? Kenapa Aku Disini? Dimana Guru? Guruuuuuuuu Dimana Engkau Beradaaaaaaaa?"

    Aku berusaha mencari guru, melihat sekeliling dari kiri, kanan, belakang, dan depan tetapi semuanya gelap.

    “apa yang terjadi? Kenapa disini begitu sangat gelap?”

    Aku berusaha melangkah ke depan walau begitu gelap.

    Aku terus melangkah dan melihat ada didepan.

    Cahaya Redut Dari Kejauhan, aku Berjalan Menuju Cahaya Itu, semakin Besar, makin Terang Cahaya Itu. Cahaya Gelap Mulai Menghilang Terus Menghilang.

    "Tempat Apa Ini!"

    Aku Melihat Sekeliling. Dan Melihat Ada Sebuah Buku, Kemudian Aku Mulai Mendekati Buku Itu Dan Lalu Aku Memegang Buku Itu.

    "Bukankah Buku Ini Pernah Aku Baca Sebelumnya!"

    Tiba-tiba Buku Mengeluarkan Cahaya Terang. Dan Mulai Masuk Ke dalam Tubuhku. Kesadaran Ku Mulai Menghilang.

    "Wahahahahaha. Precil itu Sudah Mati! Wahahaha! Bagus Sekali Kalian Berlima!"
    "Terima Kasih Tuan!" 
    "Buang saja mayat Precil itu jauh-jauh! Aku tidak Mau Precil Mengeluarkan Bau Busuk Disini dan mengotori pesta pernikahan ku!"
    "Baik Tuan!"
    "hentikan! Jangan Lakukan Itu! Jangan Buang Rito!"

    Teriak Guru sambil Menangis Dengan Sangat Dalam.

    Aku Mendengar Semua Kata-kata Mereka. Aku Mulai Bangkit Dari Kesadaranku. Aku mencoba Memegang Dua Pedangku. Tapi Pedang Yang Biasa Aku Buat Berlatih Hancur Berkeping-keping. Hanya Satu Pedang Yang Tersisa. Pedang Yang Baru Dibuatkan Oleh Guru Kemarin.

    ‘salah Satu Pedang Kayu Ku Hancur berat, pedang kayu yang dibuatkan guru kemarin masih utuh!’

    Ada suatu cahaya datang sari bawah.

    ‘Sebuah Lingkaran Berbentuk Aneh Muncul Di Kedua Tangan Ku.’

    Tangan Ku Mulai Mengeluarkan Panas. Terus  semakin panas. 

    ‘Pedang Yang Biasa Aku Gunakan Berlatih  Yang Ada Di Kanan Ku Mulai Hangus Dan Hancur. Pedang Kiriku Mulai Mengasap Dan Berat. Bahkan Terus Semakin Berat.’

    "Apa Yang Terjadi!"
    "Apa Yang Dia Lakukan!"
    "Lingkaran Apa Itu!"
    "Bentuk Apa Itu!"
    "Kenapa Pedangnya Yang Satu Hangus Dan Hancur!"
    "Kenapa Pedang Yang Satu Mengeluarkan asap!"
    "Apa Yang Telah Terjadi!"

    Semua Orang terkejut dengan pedang yang di tangan kananku hancur menjadi debu dan pedang yang di tangan kiriku mulai mengeluarkan asap. Semua orang yang disini tidak mengetahui Apa Yang Terjadi? 

    "ritoooooooooooo!?" Teriak Guru.

    Aku Mulai Memegang Pedang Yang Mengasap Dengan Kedua Tanganku. Entah Kenapa Aku Tak Bisa Melepaskan Pedang Ini. Lingkaran Itu Belum Menghilang. Panas Di Tangan Semakin Panas. Berat Pedang Semakin Berat. 

    "Apa Yang Terjadi! Tangan Ku Mengeluarkan Suhu Panas. Tapi Kenapa Tangan Ku Tidak Merasakan Panas! Dan Juga Pedang Ini Semakin Berat Saja. Apa Yang Terjadi!"

    Aku Teringat Kata Guru Saat Dihutan 'Pedang Akan Menjadi Berat Ketika Sangat Kering!'

    "Mungkinkah Kayu Nya Mulai Sangat Kering. Ini Sangat Berat. Tapi Kenapa Aku Masih Tak Bisa Melepaskan Pedang Ini!"

    Lingkaran Dengan Bentuk Segitiga Di Dalam Nya. Apa Ini Sebenarnya.

    DOOOM! DOOOOOM! DOOOOOOOM!

    Tiba-tiba Suara Ledakan Keluar Entah Dari Mana. 

    DOOM! DOOOOM!! DOOOOM!!!! DOOOOOM!!!!!

    Ledakan Itu Semakin Keras.

    Sebuah Tekanan Muncul Di Dalam Tubuhku.

    "Apa Yang Terjadi?! Kenapa Tubuhku Semakin Berat? Tekanan Apa Ini?"

    Aku Berusaha Menahan Sekuat Tenaga.

    Aku jatuh ketanah dan lutut ku menempel ketanah.

    Sebuah Angin Mengelilingi Ku Muncul Dengan Searah Jarum Jam. Semakin Besar Dan Cepat.

    "apa Yang Kau Lakukan cebol?" kata Vimoust
    "Cepat Hentikan!"
    "Kau Akan Menghancurkan Tempat Ini!"
    "Semuanya Cepat Serang cebol Itu! Cepat Bunuh Dia!" perintah Vimoust
    "baik Tuan Besar Vimoust!" Sahut Semua Pelayan Dan Penjaganya

    Tetapi Semua Pelayan Dan Penjaga Tidak Bisa Mendekatiku. Karena Terhalang Angin Yang Mengelilingiku.

    "Apa Yang Terjadi? Kenapa Kami Tidak Bisa Melewati Angin Ini?"

    Walaupun Angin Terlihat Kecil Dan Lemah. Tapi angin ini Sangat Kuat. Dan Bisa Melawan Mereka Semua.

    "Apa Yang Kalian Lakukan? Cepat bunuh cebol itu! Cepat!"
    "Maaf Tuan Besar Vimoust. Kami Tak Bisa Melewati Angin Ini. Angin Ini Terus Berputar-putar Mengelilinginya Seperti Pelindung. Kami Tak Bisa Menghancurkannya!"
    "Minggir Kalian! Aku Akan Menggunakan Jurus Ku!"

    Vimoust Mulai membuat kuda-kuda dan Menggunakan Jurusnya

    "dewa Api Di Gunung Kiloag. Dewa Api Di Lautan Sindraf. Saya Meminta Bantuan Anda Berdua Untuk Membunuh cebol Ini."

    Vimoust Menggerakkan Tangan Dan memutar tangannya seperti arah jarum jam.

    "Jurus 'API DEWA LAUTAN GUNUNG' Terima Ini cebol!"

    Jurus Api nya Menghantam Angin Ku Dan Api Melahap Angin Ku.

    "Tidaaaaaaaaak! Ritoooooooooooo!?" Teriak Guru.

    Jurus Api Yang Dikeluarkan Vimoust Mulai Membakarku dan api menyelimuti seluruh tubuhku.

    "Wahahahahaha! Rasakan Itu cebol!? Matilah Kau Sialan?!" Kata Vimoust Dengan Bangga.

    Api Yang Membakarku Mulai Berputar Seperti Angin Yang Sebelumnya. Api Mulai Bercampur Dengan Panas Angin Ku.

    "Apa Yang Terjadi? Apa Yang Kau Lakukan cebol tengik? Kenapa Api Ku Tidak Membakar Mu Dan Kenapa Jurus Ku Menyatu Dengan Mu? Kenapa cebol sepertimu bisa mengendalikan apiku?"

    Vimoust Kaget Apa Yang Terjadi Dengan Tubuh Ku Yang Terjadi Apa-apa Dan ketika Apinya Menyatu Dengan Angin Ku.

    Semua Orang Terperangah, bahkan Guru Ku Sendiri. Mereka Bingung Apa Yang Terjadi.

    "aku Tak Tahu Apa Yang Terjadi?" jawab Aku Dengan Kepala Miring.

    Mereka Masih Terperangah Apa Yang Terjadi.

    "Seharusnya Jurus Api Ku Langsung Bisa Membunuhmu Kenapa Tak Terjadi Apa-apa? Itu Jurus Paling Tinggi Yang Aku Punya! Apa Yang Terjadi? Kenapa Jurusku Tidak Mempan? Aku pikir cebol sepertimu tak akan mempunyai tingkat lebih tinggi! Kau cebol yang baru belajar berdiri! Kenapa cebol sepertimu bisa mengendalikan apiku?"

    Aku menggeleng kan kepalaku.

    Api Yang Menyatu Dalam Tanganku. Mulai Menyelimuti Pedang Kayu Ku. Lingkaran Dan Bentuk Segitiga Mulai Berubah. Diluar Lingkaran Itu Mulai Terdapat Tulisan Aneh. 

    "Apa ini? Bentuk itu berubah! Apakah ini sebuah simbol? Sekarang muncul huruf, tadi belum ada huruf aneh ini dan Aku Tak Bisa Membacanya!? Tulisan Apa Ini!? Hurufnya Begitu Aneh!? Kenapa Mulai Ada Tulisan?"

    Api Mulai Membesar Dan Menyelimuti Pedang Ku.

    “Biarkan saja! Aku harus menyelamatkan guru!”

    Aku mengabaikan simbol itu dan fokus untuk menyelamatkan guru.

    "Guru! Aku Akan Menyelamatkan Guru! Apa pun Yang Terjadi. Bahkan Menghancurkan Tubuh Ini. Akan Ku Lakukan Demi Guru!"
    "huhuhuhuhu!" 

    Guru Menangis Mendengar Kata-kata Ku, Guru Tak Bisa Mengucapkan Kata-kata.

    Pedang kayu Ku Semakin Berat, Aku Hampir Tidak Bisa Memegang Pedang kayu Ku Dengan Benar. aku berjalan Menuju Guru dengan sempoyongan. Terus Maju Ke guru. Orang Di Depanku Mencoba Menghalangiku, Tetapi Mereka Tidak Bisa Mengenaiku. Api Yang Mengelilingi Ku, melindungi Ku Dengan Sempurna.

    Aku terus berjalan sampai Tepat Didepan Guru.

    "Kalian! Lepaskan Guru Dari Tangan Kalian. Atau Kalian Akan Merasakan Panas Api Yang Mengelilingiku!?"

    Pelayan Perempuan Vimoust Yang Memegangi Guru Dengan Takut Dan Gemetar dan Mencoba Bertahan.

    "Lepaskan Guruku Atau Api Ku Melukai Kalian!"
    "ritooo!" kata Guru

    Pelayan Itu Mencoba Melepaskan Guru. Tetapi..

    "Jangan Lepaskan Perempuan Itu. Di Adalah Pengantinku. Aku Harus Menikahinya. Jika Kalian Melepaskan Dia. Kalian Akan Mendapatkan hukuman yang sangat berat!?"
    "baik Tuan Besar Vimoust!?"

    Pelayan Pelayanan Yang Memegang Guru Tidak Melepaskan Guru Bahkan Memegang Guru Dengan Erat.

    "Rito!" kata Guru.
    "Cepat Lepaskan Atau Kalian Akan Mendapatkan Sesuatu Yang Lebih Mengerikan!"

    Aku Mendekati Guru Dengan Hati-hati. Agar Api Yang Mengelilingiku Tidak Melukai Guru. Aku mencoba menenangkan diriku Dan Mencoba Mengontrol Api Yang Mengelilingi Ku.

    "Guru Bila Merasakan Panas dari api ini, Tolong Bertahanlah, Tenangkan Hati Guru. Biarkan Aku Melindungi Guru!?"

    Guru Berpikir Sejenak.

    "baiklah! Aku Akan Menahan Panas Api Mu Dan Menenangkan Pikiran Guru!"
    "Guru! Tolong! Percaya Pada Murid Tercintamu!"
    "Guru Aku Mempercayai Mu! Rito"
    "Dan Satu Hal Lagi Guru!"
    "Apa Itu?!"
    "Tolong! Beri Aku Nama Sesungguhnya Guru!"
    "Baiklah! Guru Akan Mengatakanya! Guru Akan Mengatakan Sekarang"
    "tidak Guru! Jangan Katakan Sekarang! Katakan Nanti Setelah Aku Menyelamatkan Guru!?"
    "baik! Guru Akan Mengatakan Nanti!?"
    "Wahahahahaha! Menyelamatkan Kau Bilang Bocah Sialan. Wahahahahaha! Nggak Mungkin. Kau Takkan Bisa Keluar Hidup2. Semuanya Bunuh Bocah Sialan Itu" Kata Vimoust
    """""""yaaaaaa!?"""""”

    Mereka Semua Mulai Menyerangku Dengan Berbagai Arah. Tetapi Mereka Tidak Bisa Mengenaiku Sama Sekali. Aku Terus Maju Kearah Guru. Dan Mendekati Guru.

    "Tahan Cebol Sialan Itu!?" Kata Vimoust

    Api Yang Mengelilingi Ku Mulai Melewati Guru, Aku Mencoba Mengontrol Api Ini Agar Tidak Melukai Guru.

    "Guru! Tolong Tahan Bila Api Ini Panas"
    "Ya! Guru Akan Menahannya"

    Api Melawati Guru, Dan Pelayan Perempuan Yang Memegang Guru Mulai Kepanasan.

    """panas! Panas! Panas! Panas!"""

    Mereka Bertiga Melepaskan Guru. Dan Guru Masuk Di Dalam Lingkaran Api Yang Mengelilingi Ku.

    "Guru! Apa Guru Tidak Apa-apa?”
    "Tidak Apa Apa!?"
    "Apa Guru Tadi Merasakan Panas?"
    "Tidak! Tadi Hanya Berasa Hangat Di Dalam Tubuh Guru. Seperti Kau Memeluk Guru Dengan Kelembutan Dan Kasih Sayang!?"

    'Hmmm, sepertinya guru lagi nglantur.’

    "Benarkan!?"
    "Benar Rito!"
    "Aku Mencoba Mengontrol Api Ini Agar Tidak Melukai Guru Dan Mengingat Guru Di Dalam Jiwaku!"
    "Benarkah!"

    Guru Bangkit Dan Memelukku .

    Guru Berbisik Kepadaku 'Jika Besar Nanti Tolong bawa Aku Disisi Mu Rito!'
    'Ya! Guru Aku Akan Berada Disisi Guru Dimana Pun Berada!?' Kataku.

    "guru Tolong Tahan Sebentar!? Aku Akan Menghancurkan Mereka! Agar Mereka Tidak Menyakiti Guru Lagi!?"
    "Ya! Lakukan Sesuka Mu!?"
    "Bagaimana Bisa Dia Ada Di Dalam Lingkaran Api Itu!" kata Pelayan Perempuan Vimoust Yang Menahan Guru
    "kenapa Dia Tidak Terluka. Apa Yang Dia Lakukan?"
    "Apa Yang Terjadi?"

    Aku lalu mulai mengatakan dengan keras kepada mereka.

    "Bagi Orang Tak Ingin Terluka, Cepat Keluar Dari Sini. Atau Kalian Akan Merasakannya!? Jika kalian memang tetap bertahan disini! Aku akan membakar kalian semua!"

    Beberapa Orang Berlarian Dan Para Istri Vimoust Berlari Pergi Meninggalkan Tempat Ini.

    "berhenti Kalian! Jangan Takut Semuanya Berhenti!?" Kata Vimoust.

    Semua Orang Yang Berlari Tak Mendengarkan Kata Vimoust Dan Berlari Ketakutan.

    Lalu Aku Mencoba Mengayunkan Pedangku Dengan Hati-hati. 

    BOOOOOOOOOOOOOOOMMMMMM!!!!!

    Suara ledakannya sangat keras.

    Tiba-tiba Rumah Hancur Lebur Rata Dengan Tanah. Api Melahap Semua Rumah Vimoust Hingga Ke Pagar Rumah. Orang Yang Berlari Sebelumnya Selamat. Mereka Pergi Jauh Dari Tempat Ini. Dan Orang-orang Yang Menentang Rito Hancur Lebur Dengan Api Yang Di Gunakan Rito. Semua Hancur Dengan Api Rito Tak Ada Yang Tersisa. Api Melalap Semua Nya, manusia Dan Bangunan Semuanya Mengeluarkan Api.

    Semuanya hancur, hanya api yang tersisa di rumah bangsawan Vimoust. Semua orang yang di sekitar bangsawan Vimoust mengelilingi rumah bangsawan Vimoust.

    0 komentar:

    Posting Komentar

  • Next Prev