• Rito_Megaredrcn - Volume 01_Chapter 001

    Volume 01_Chapter 001 Guru cantik

    Di sebuah Di Pinggiran Kota Terpencil, aku Rito. Aku Hidup Sendirian Tak Ada Sanak Ataupun Saudara. Aku Tak Punya Orang Tua, Aku Sudah Di Buang Oleh Orang Tua Ku, Aku Tak Tahu Apa Penyebabnya Mereka Membuang Ku. Aku Sekarang Dirawat Oleh Seorang Guru Cantik. Dia Sangat Hebat Dalam Berpedang. Banyak Orang-orang hebat Menantangnya Untuk menikahinya. Usianya Masih Muda. Di Belum Sampai usia 20 tahun. Dia Sangat Pandai Dalam Berpedang. Bahkan Pangeran Dan Bangsawan Di kerajaan ini Dan Di kerajaan Seberang ingin Meminangnya. Mereka semua mencoba mengalahkannya dengan cara bertarung dengan menggunakan pedang, Tetapi Semua Tak Bisa Mengalahkannya. Guru Ku Sangat Hebat. Walau Perempuan Dia Bisa Mengalahkan Memuanya Dengan Cepat.

    Guru Ku Pernah Bilang. Kalau Aku Ditemukan Di Depan Rumahnya saat pagi Pagi Buta. Guru ku Pun Tak Tahu Siapa Yang Menaruh Aku Disana. Guru pernah Bilang, Guru memperkirakan kalau aku ditaruh didepan rumahnya saat malam hari Dan juga Guru memperkirakan Kemungkinan Aku Baru Dilahirkan Beberapa Jam Yang Lalu. 

    'Aku Tidak bisa Membuangmu ketempat lain atau pun membawamu ketempat panti asuhan Dan Aku Merawat Mu Karena Aku Sendirian Disini. Aku Butuh Teman, butuh orang Yang Di Ajak Bicara, Dan Orang Yang Bisa Berbagi Dalam Susah Maupun Senang'

    Itu Kata Guru Ku Dengan Senyum Ceria.

    Guru Ku Sangat Lembut, Bagaikan Bak Seorang Putri Kerajaan Yang Lemah Lembut, Dia Mengajariku. Dalam Berbicara Yang Baik. Tidak Memandang Lemah Orang Lain, Saling Menolong Kepada Siapa pun, membantu Orang Yang Membutuhkan, Menulis Dengan Baik. Dan Banyak Hal Yang Dia Berikan Padaku.

    Guru Ku Tak Pernah Memberitahukan Namanya. Entak Kenapa Dia Tak Pernah Memberitahukan Namanya. Aku Tak Ingin Bertanya Kepadanya, walau aku ingin mengetahui namanya tetapi aku membiarkan Saja sampai guru yang Mengatakannya secara langsung.

    Guru Ku Selalu Mengajariku Berpedang Dari Pagi buta Sebelum Ayam Jantan Berkokok Sampai Malam Petang, Aku Tak Boleh Berhenti Sampai Aku Kelelahan Dimalam Hari. Bila di Siang hari terasa lelah, Aku Hanya Boleh Berhenti Ketika Waktu Istirahat Makan Saja. Bila Aku Berhenti Sebelum Waktu Istirahat, aku Akan Di Beri Tugas Lagi Sampai Aku Pingsan.

    Mungkin Dia Guru Yang Kejam dalam hal melatih berpedang ketika sudah berurusan dengan latihan pedang guru semakin gila menghajar diriku sampai aku tidak kuat bertahan jikalau orang lain yang menjadi diriku mungkin sudah pergi jauh dan keluar dari latihan berat guru bahkan bisa memanggil Guru dengan sebutan guru kejam atau Guru gila, Tapi bagiku guru ku bukanlah orang yang kejam, dia guru yang baik hati dan sangat lembut. Dia mengajariku dengan ikhlas.

    Guru ku pernah bilang padaku ‘Aku Mungkin Kejam Kepadamu, Membuatmu Terus Berlatih Sampai Kamu Pingsan, Tapi Yang Menanti Dimasa Depanmu Sangatlah Kejam Di Bandingkan Aku Yang Mengajarimu. Biarpun Aku Kejam, Tapi Demi Kebaikanmu. Bersabarlah Dan Kuatkan Tubuh Dan Batin Mu Agar Kami Bisa Kekejaman Dimasa Depan Nanti'

    Dan aku bilang kepada Guru ‘Enggak! Guru enggak Kejam! Guru Sangat Baik. Bila Guru Kejam padaku Mungkin Ketika Guru Menemukan Aku Pertama Kali, Guru Sudah Membuangku Atau Membunuhku , tapi Guru Merawatkan Sampai Sekarang dengan baik Dan Melatihku dengan sungguh-sungguh. Guru Sangat Baik Bahkan Sangat Lembut. Ketika Aku Sakit Guru Merawatku Dengan Sangat khawatir. Bahkan ketika aku Terluka Sedikit pun Guru Sudah Menghawatirkan Aku dengan hebohnya. Guru memang sangat ketat ketika melatihku berpedang ketika guru sudah berurusan dengan pedang guru sangat fokus melatihku, Mungkin orang lain yang melihatnya guru melatihku terlihat kejam. Tetapi didalam ketatnya latihan guru, guru menginginkan aku bisa bertahan dalam menjalani hidup. Aku Ingin Menjadi Kuat Seperti Guru, Dan Aku Ingin Guru Menjadi Bagian Keluargaku. Aku Sangat Menyayangi Guru. Jadi aku mohon guru jangan pernah mengatakan hal itu lagi.’

    Kami berbincang-bincang di dalam kamar tidur, kami tidur bersama. 

    Setelah aku mengatakan itu, Guru Pun Memelukku Dengan Erat, Bahkan Aku Tak Bisa Menggerakkan Tubuh Ku. 

    Waktu Berlalu Guru tertidur, Sambil Memelukku.

    'Aku Tak Bisa Belajar Membaca Buku Hari Ini, Guru Terlalu Memeluk Ku Dengan Erat, Mungkin Besok Saja Belajarnya. Lebih Baik Tidur Saja, agar Tidak Membangun Kan Guru Dari Tidurnya'

    Aku Pun Mulai Mengantuk "selamat Tidur Guru, Semoga Mimpi Indah!" dalam Suara Kecil Ku.

    "Kukuruyuuuuuuuuk" 

    Suara Ayam jago Berkokok.

    Aku Sudah Bangun Sebelum Ayam Itu Berkokok, Tapi Tubuhku Benar-benar Mati Rasa. Guru Ku Yang Cantik Masih Tidur sambil Memelukku Dengan Erat. Aku Masih Tak Bisa Mengerakkan Tubuhku. 

    Sang Fajarpun Muncul, Guru Pun Bangun, Tetap Sambil Memelukku. Dia Membuka Matanya Sambil Melihatku.

    "Rito Kau Sudah Bangun"
    "Sudah Guru, Sebelum Ayam Berkokok"
    "Begitu Ya!"
    "Ya, guru!"
    "Kamu tidak Berlatih Pagi!"
    "Bukannya Tidak Mau berlatih Guru! Tapi...."
    "Tapi Apa?"
    "Tapi Guru Masih Memelukku, sehingga Aku Tak Bisa Menggerakkan Tubuh Ku Sedikit pun!”

    Guru Pun Tersenyum Malu-malu Sambil Wajahnya Memerah.

    "maafkan Aku! Aku Tak Tahu Kalau Aku Tidur Masih Memelukmu!"
    "Tidak Apa-apa Guru, Kalau Guru Ingin Memelukku. Peluk Lah Sesuka Guru!"
    "Ya, Terima kasih!"

    Guru Pun Melepas Pelukannya Sambil Wajahnya Sangat Memerah.

    "Ya, Sama-sama Guru! Aku Akan Berlatih Berpedang Sekarang!"
    "Ya, Yang Sungguh-sungguh!"
    "Ya Guru!"

    Aku Pun Keluar Rumah Untuk Berlatih Pedang, hanya Berlatih Dasar-dasarnya Saja, Aku Berlatih Menggunakan Pedang Kayu Yang Dibuatkan Oleh Guru, Panjangnya Kira-kira 1 meter. Mungkin Buatku Tak Sebanding Dengan Tubuh Ku. Tapi Aku Berusaha Keras Untuk Berlatih.

    Aku membuat kuda-kuda, dengan meegang pedang kayu tangan kiri dibawah dan tangan kanan diatas sedangkan kaki kiri didepan dan kaki kanan kebelakang. 

    Pertama aku mengayunkan tangan dari atas kebawah terus berulang-ulang sampai 50 kali setelah itu Aku mengayunkan tangan dari atas sisi kanan ke sisi kiri bagian bawah. Lalu melakukan tangan dari atas sisi kiri ke sisi kanan bagian bawah terus berulang-ulang sampai 50 kali.

    Guru melatihku sejak umur 2 tahun. Pertama Guru melatihku dengan kuda-kuda. Setelah umur 3 tahun guru memberikan aku sebuah pedang kayu dan mengajariku teknik pedang yang guru ajarkan

    Lalu guru memanggil ku.

    "Rito Ayo Makan Dulu. Nanti Baru Dilanjutkan Lagi Berlatihnya!"
    "Baik Guru!"

    Aku Pun Bergegas Masuk, dan Menuju Meja Makan.

    Guru Memasak Sup Sayur Dan Lauk Seadanya. Karena Guru Tidak Kerja mendapatkan uang, guru Hanya Mencari Sayuran Dan Bahan Makanan Di Hutan. Karena Rumah Kami Dekat Hutan. Jadi Guru Selalu Mencari Bahan-bahan Makanan Di Hutan. Aku belum pernah melihat guru pergi atau datang dari arah pasar untuk membeli bahan masakan untuk dimakan.

    Aku dan guru Makan Hanya Dengan Ubi, sayur Dan Lauk Seadanya. Bagiku Sudah Luar Biasa. Walaupun masakan guru terlihat sederhana tetapi Masakan Guru Memang Sangat Enak.

    "Terima Kasih Makanannya, masakan Guru Memang Enak!" aku Tersenyum Ceria Kepada Guru
    "sama-sama, Terima kasih Sudah Menghabiskan Makanan Yang Guru Buat Untukmu!"
    "sama-sama Guru!"

    Aku pun Membatu Mencuci Piring kayu Dengan Guru.

    "Rito Ayo Ikut Aku Sebentar!"
    "Mau Ke mana Guru!"
    "Kita Mau Ke hutan Mencari pohon Untuk Membuat Pendang kayu Untukmu Dan Mencari Kayu Bakar Untuk Persediaan Nanti!"
    "Baik Guru, Tapi Guru! Pedang kayu Ku Masih Bisa Di Gunakan! Belum Rusak Berat!"
    "Ya! Tapi Kita Mencari pohon Yang Sedikit Berat Dari Yang Sebelumnya, Agar Kamu Bisa Bertambah Kuat dan Lebih Cepat dari sebelumnya!"

    Aku pun Senang Dan Tersenyum Kepada Guru.

    Guru mengajakku pergi kehutan untuk mencari pohon untuk dijadikan pedang kayu untukku.

    "Padahal Pedang Kayu Itu Hampir 3 kg, Kenapa Rito Bisa Menguasai Pendang Itu Dengan Cepat, Seharusnya Butuh 3 tahun Lagi Baru Bisa Menguasai Berat Pedang Itu. Siapa Sebenarnya Anak Ini?" Guman Guru Dengan Pelan.
     
    Aku mendengar guman guru.

    ‘guru aku mendengar apa yang guru katakan!’

    Aku berpura-pura tidak mendengarkan dan mengabaikan guru.

    "Ayo Pergi Sekarang!"
    "Baik Guru!"

    Kamipun Bergegas Pergi Masuk Ke hutan. Pertama-tama Kami Mencari pohon Yang Akan Di Buat Pedang Dulu. Baru Kayu Bakar.

    Kami Berjalan Menyusuri Hutan sampai entah berapa lama Waktu Berlalu. Matahari Sudah Hampir Diatas Kepala, Entah Sudah Berapa Jam Kami Mencari pohon Itu.

    "Ayo kita Cari makanan Dulu Buat Dimakan nanti Lalu baru Istirahat!"
    "Baik Guru!"

    Kami Pun Mencari Buah Yang Bisa Dimakan. Guru Sudah Mengajariku Buah Mana Yang Bisa Dimakan Dan Tidak Bisa Dimakan. Dan Juga Buah Yang Beracun Dan Tidak Beracun.

    Kami Sudah Memetik Buah Dan Duduk Didekat Pohon.

    "Guru!"
    "Ada Apa Rito?!"
    "Pohon Seperti Apa Yang Guru Cari. Sampai Sekarang Pun Tak Menemukan Sama Sekali. Dari Kita Berangkat Sampai Sekarang bahkan matahari sudah siatas ubun-ubun!?"
    "Oh! Kayu dari pohon Itu Sangat Kuat, saat Kalau kayu dar pohon itu masih menjadi pohon dan masih mengeluarkan air, kayu itu Bisa Dipotong dengan mudah dan sangatlah ringan, Dan Juga Ketika Masih Basah atau kering Kayu Itu masih mudah dipotong tapi sedikit kesulitan dan Beratnya Hampir 3 kali Lipat Dari Pedang Kayumu, Tapi Kalau Sudah sangat kering pohon itu Akan Sangat Kuat, Sampai-sampai Golok Dan Pedang Besi Itu pun Tak Bisa Memotongnya dan kayuItu Akan Berat. Beratnya Itu Hampir 3 kali Lipat Dari Berat Ketika Kering. Bisa Dibilang Hampir 9-10 kali Lipat Berat dari Pedang Kayumu Yang Kamu Pakai Sekarang!?"
    "Guru, Berarti Sangat Berat Ketika Sangat Kering!"
    "Ya Seperti Itu!"
    "Apa Aku Bisa Menggunakan Nya?"
    "Tenanglah, Jangan Bersedih! Kamu Bisa Menggunakannya! Karena Kamu Murid Ku Yang Sangat Hebat!"
    "ya Guru! Akan Ku Buktikan Kalau Aku Satu-satunya murid Guru Yang Paling Hebat!"
    "Baguslah, Tapi Ingat! Jangan Sampai Kamu Jadi Sombong, Bila Sudah Menguasai Jurus Yang Ku Ajarkan Kepadamu!"
    "Baiklah Guru, Tolong Percayakan Padaku!"
    "Ok! Aku Akan Percayakan Padamu Rito!"
    "Ya Guru!"
    "Ayo Kita Cari Lagi pohon itu, Karena Perut Kita Sudah terisi! Kita Cari Dengan Sungguh-sungguh!”
    "Ya Guru!" aku Tersenyum Kepada Guru.

    Setelah perut kami terisi dan tenaga kami pulih kembali. Kami Mencari pohon Itu Lagi, Kesana Dan Kesini. Kami Masuk Sangat Jauh Di Dalam Hutan, entah berapa lama waktu yang kami berjalan menyusuri kedalam hutan.

    "Rito Berhenti!"
    "Ada Apa Guru!"
    "Kita Sudah Menemukan Pohon Nya!"
    "Benarkah! Dimana Guru!”
    "diSana!"

    Guru Menunjuk Kearah Pohon Itu. Ketika Aku Melihat Pohon Itu, pohon itu Tidak Terlalu Tinggi. Kira-kira hampir 2 meter. Tidak Seperti Pohon Lainnya. Lebar Batangnya Pun Cuma Segenggam Tangan Guru.

    "Benarkah Ini Guru!"

    Aku Menunjuk Kearah Pohon Itu

    "Ya Memang Ini!"
    "tapi Kenapa Tingginya Segini Saja. Aku Pikir Pohonnya Sangat Tinggi!"
    "Ya Memang pohon ini Bisa Tinggi, Tapi Untuk Mencapai Ketinggian Seperti Pohon Disamping-Nya pohon ini membutuhkan Jutaan Tahun. Dan Pohon Ini Sangat Lah Langka Hampir Sama Dengan Pohon Adam Dan Pohon Abadi. Tapi Pohon Ini bukanlah Tandingannya Pohon Adam Dan Pohon Abadi!"
    "Kenapa Kok Tak Bisa Menandingi Pohon Adam Dan Pohon Abadi!"
    "Karena Pohon Ini Ketika Sudah Menjadi Kayu Dan Sangat Kering Tak Bisa Mengalahkan Atau Membunuh Iblis!"
    "Benarkah Guru!"
    "Benar."
    "Bukaankah Lebih Baik Mencari Pohon Adam Atau Pohon Abadi Agar Bisa Mengalahkan Iblis!"
    "Memanglah Lebih Baik Mencari Pohon Adam Ataupun Pohon Abadi, Tapi..!"
    "Tapi Kenapa Guru?!"
    "Tapi Pohon Adam Dan Pohon Abadi Sangatlah Sulit Ditemukan, Bahkan Sudah Ribuan Tahun Pohon Itu Tidak Ditemukan Oleh Orang, Bisa Dibilang Sangat Langka!"
    "Mungkinkan Sudah Tidak Tumbuh Lagi!"
    "Bukan Begitu, Pohon Abadi Dan Pohon Adam Hanya Tumbuh Di Tempat Tertentu, Jadi Sangatlah Sulit Ditemukan."
    "Begitu Ya! Kalau Ada Gimana Guru!"
    "Kalau Ada Pun, Orang Yang Memilikinya Pasti Menyembunyikannya Dan Bila Dijual Bahkan Sangatlah Mahal. Bahkan Bisa-bisa Orang-orang Yang Menginginkannya Saling Membunuh Agar Bisa Mendapatkannya!"
    "Menakutkan Sekali Guru!" 
    "Memang Menakutkan, tapi Kamu Harus Menjauh Mereka Yang Saling Bertikai. Lebih Baik Kamu Mencari Sendiri Suatu Hari Nanti!"
    "Baik Guru! Jika Aku Menemukan Pohon Itu, Aku Akan Memberikan Hadiah Kepada Guru!"
    "Kenapa Kamu Malah Memberikan Itu Kepadaku, Bukankah Lebih Baik Kamu Gunakan Sendiri Saja!"
    “Nggak Mau! Aku Akan Memberikan Pohon Itu Kepada Guru, Sebagai Rasa Terima Kasih Ku Sudah Merawat Dan Mendidikku."

    Guru Pun Tiba-tiba Menangis Keras, Sambil Memelukku. Aku Tidak Bisa Bergerak Dan Bernafas.

    "Guru Lebih Baik Cepat Potong Pohon Itu Dan Mencari Kayu Bakar Sebelum Gelap!"
    "Oh! Ya. Aku Hampir Lupa"

    Guru Melepas Pelukannya Dan Memotong Pohon Itu. Kami Bergegas Mencari Kayu Bakar Sebelum Malam Datang.

    Waktu pun Berganti, malam Datang Dan Kami Baru Keluar Dari Hutan. Dan Aku Bersyukur Kami Keluar Hutan Tepat warna merah dilangit menghilang.

    Aku Menaruh Kayu Bakar Dan Ketika Aku Berniat Berlatih.

    "Tunggu Rito!"
    "Ada Apa Guru!"
    "Berlatihnya Besok Saja! Sekarang Kita menyiapkan makanan dan Makan Malam Setelah Makan Kamu Belajar Membaca Buku Saja."
    "Baik Guru!"

    Aku Mencoba Bertanya Kenapa Guru Menghentikan Aku Berlatih, Tapi Aku Mengurungkan Niatku.

    Kami memasak bersama. Bahan-bahannya sama dengan bahan yang kami gunakan tadi pagi. 

    “Terimakasih makanannya!” Kami berdua bersamaan mengucapkan.

    Kami memberekan tempat kami makan. Lalu Aku Pun Pergi Tempat Biasa Aku Belajar. Aku Belajar Membaca Dan Menulis Yang Pernah Di Ajarkan Oleh Guru.

    Disini Tak Ada Buku Kosong Yang Di Jual Bebas, Buku Sangatlah Mahal Hanya Para Bangsawan Dan Para Orang Kaya Yang Bisa Memiliki. Buku Baca Yang Sangat Bagus Pun Sangat Mahal, Paling Murah Hanya 1 emas. Aku Dan Guru Tak Memiliki Uang Sebanyak Itu. Yang Kami Miliki Hanya Buku Dan Kertas Sobek-sobek. Hanya Satu Buku Yang Bagus Terbuat Dari Papirus Tapi Juga Sedikit Mahal. Itu pun Diberikan Oleh Orang Yang Baik Hati Memberikan Padaku. Sebagai Hadiah Telah Menolongnya.

    Malam Telah Larut, Aku Belajar Sendirian, Guru Sedang Membuat Pedang Kayu Dari Pohon Yang Di Potong Hari Ini.

    Dengan Semangat Guru Membuat Pedang Itu. Aku Tidak Bisa Menemani Guru, Jadi Aku Tidur Duluan.

    Pagi Pun Menyingsing. Aku Bangun Sebelum Ayam Berkokok. Aku Melihat Sekeliling, guru Tak Ada Di Tempat Biasa Guru Tidur. Aku Mencari Sekitar Dalam Rumah Dan Luar Rumah. Tetapi Tak Ada Guru.

    "Apa Guru Sedang Keluar!" Dalam Benakku "Tapi Gag Mungkin Guru Keluar Malam-malam, biasanya Guru Masih Tidur. Guru Bangun Setelah Ayam Jantan Berkokok!" Aku Terdiam Sambil Memikirkan Itu "Mungkinkah Guru Sedang Di buang air! Gag Mungkin! Guru Gag Mungkin Keluar Malam-malam Tanpa Membangunkanku" Aku Mencari Guru Ke dalam Rumah.

    Aku Terhenti Di Tempat Dimana Guru Membuat Pedang Kayu Tadi Malam. Di Sana Masih Berserakan Rautan Kayu, pisau Dan Pedang Kayu dari pohon kemarin Yang Dibuat Oleh Guru Dengan Sempurna.

    "Sisa Rautan Guru Belum Dibuang, Pisau Dan Pedang Kayu Ini! Tapi Dimana Guru Berada!"

    Aku Pun Teringat "pintu Depan Tidak Dikunci! Kemana Guru Berada"

    Matahari Mulai Naik. Aku Berusaha Mencari Guru Dengan Membawa Dua Pedang Kayu.

    Aku Menyusuri Sekitar Wilayah Didekat Rumah. Tapi Aku Tak Tahu Dimana Guru.

    Aku Sangat Khawatir Dimana Guru, aku Bertanya Pada Seseorang Sekitar Jawabnya Selalu Tidak Tahu.

    Dimana Guru Pergi.

    Aku Pun Kembali Ke rumah. Berharap Guru Sudah Pulang. Ketika Sampai Di Rumah Aku Tak Menemukan Guru.

    Aku Mulai Bimbang Dan Mulai Tidak Karuan, Pikiran Campur Aduk. Mencari Guru Dimana Pun Tak Tahu.

    Tiba-tiba Terlintas Kata-kata Guru.

    "Bila Suatu Hari Nanti Aku Menghilang Tanpa Kabar Ataupun Surat Dariku.  jangan mencari guru" 
    "Guru! Tolong Jangan Katakan Itu!"
    "Guru Bilang Hanya Misalnya Saja. Gag Tahu Kan Apa Yang Terjadi Dimasa Yang Akan Datang?!"
    "Tapi Guru!"
    "Jangan Sedih. Jadi Pikirkan Itu Ok!"
    "Ya Guru!"
    "Pertama Tolong! Jangan Tergesa-gesa Tetaplah Tenang. Cobalah Duduk Bersila, Tenangkan Pikiranmu Dan Tutuplah Matamu Lalu Pikirkan Baik-baik Dari Batin Mu Untuk Mencariku. Bila Kamu Tergesa-gesa Semuanya Akan Berakhir Mengerikan!"

    Lalu Aku Melakukan Apa Yang Guru Katakan, Duduk Bersila Dan Menenangkan Batin. Lalu Menutup Mata di tempat guru membuat pedang kayu.

    Waktu Beberapa Menit Telah Berlalu, Aku Terus Memfokuskan Keberadaan Guru.

    Guru mengajari dengan pencari aura ketika umur 3.5 tahun. Aku berhasil menguasainya dalam kurun 3 bulan.

    Tiba-tiba Aura Di sekitar Ku Mulai Berbuah, Seperti Gelombang Yang Saling Berbenturan. Saling Menabrak Kesana Kemari. Dalam Pikiranku 'Tetaplah Fokus, Kuatkan Pikiran Dan Batin Mu. Lawanlah! Jangan Ragu! Terus Fokus! Jangan Goyah, Tetap Fokus!' suara Guru Menggema Di Pikiran Ku.

    Aura Guru Pun Muncul. Aura Guru Berwarna Putih Bercahaya. Sangat Indah Dilihatnya. Aura Guru Menunjukkan Seperti Kain Memanjang Yang Lebarnya Kira-kira 2 cm Yang Berayun-ayun gelombang.

    Ujung Awal Aura Guru Berada Di Tempat Duduk Guru Dan Ujung Lainnya Tidak Ada. Tapi Aura Gurung Memanjang Ke tempat Lain.

    Aku Mulai Mengikuti Aura Guru. Aura Guru Melewati Pintu Depan, Disana Terdapat 5 aura Berwarna Berbeda-beda. Ada Yang Merah, kuning, Coklat, Biru Dan Hijau. Yang Mendekati Aura Guru.

    "Mungkinkah Guru Bersama Kelima Aura Itu!?" Dalam Benakku "Mungkinkah Tamu Guru! Tapi Kalau Tamu Gag Sopan Kan Kalau bertamu Malam-malam! Mungkinkan Mereka Menculik Guru. Kalau Benar. Guru Dalam Bahaya!"

    Lalu Nasihat Guru Pun Muncul 'jangan Pernah Berpikir Buruk Tentang Orang Lain Dulu. Pastikan Kebenarannya Dulu'

    Lalu Aku Mencoba Berpikir Baik. Dan Melanjutkan Mengikuti Aura Guru. 

    Entah Sudah Berapa Lama Aku Berjalan. Berapa Mil Aku Melangkah, Aku Berjalan Menuju Ke kota Sebelah. Aura Guru Memasuki Kota Itu.

    Selama di perjalanan orang-orang yang aku lewati melihat ku. Tetapi aku menghiraukan mereka semua dan terus melakukan perjalanan ku dengan mengikuti aura guru.

    Aku Pergi Dengan Membawa Dua Pedang Kayu. Pedang Pertama Adalah Pedang Pemberian Guru Padaku Pertama Kali. Aku menggenggamnya di tangan kanan ku. Pedang Ini Sudah Hampir Rusak. Pedang Kedua Pedang Yang Guru Buat Semalam. Pedangnya Sudah Jadi Dan Rapi. Aku menggenggamnya di tangan kiri ku.

    "Pedangnya Tidak Basah, Sudah Kering. Dan Sedikit Berat. Mungkinkah Guru Mengeringkan Kayunya!"

    Aku Pun Bergegas Memasuki Kota, Aura Guru Masih Terpancar Di Dalam Kota Dan Menuju Ke sudut Kota Yang Di Dalam.

    Aku Berhenti Di Sebuah Rumah Besar. Mungkin Bisa Dikatakan Ini rumah seorang Bangsawan. Tapi Kupikir Ini Milik Saudagar Kaya Raya.

    Aura Guru Memasuki Rumah Itu.

    "Permisi! Apakah Ada Orang!
    Permisi! Apakah Ada Orang!" teriak ku.

    Pintu Pun Terbuka, Seseorang Muncul. Mungkin Dia Pelayan Disini.

    "maaf Kau Anak Kecil Disana Siapa kau Dan kamu Maunya Apa datang Kesini!"
    "Namaku Rito Dan Aku Kesini Mencari Guru Ku! Apakah Guru Ku Ada Didalam?!"
    "Maaf Nama Gurumu Siapa!"
    "Aku Tidak Tahu Namanya, Soalnya Guruku Tak Memberitahukan Namanya! Yang Pasti Guruku Ada Di Dalam!"
    "Mungkin Kau Salah Tempat. Gurumu Tak Ada Disini. Cari Tempat Lain!"
    "Tapi Guru Ku Ada Disini!"
    "Sudah Ku Bilang Dia Tak Ada Disini! Pergi Sana! Jangan Kemari Lagi!"
    "Aduh!"

    Dia Mendorong Ku Sampai Jatuh Dan Menutup Pintunya.

    "Tolong! Jangan Tutup Pintunya! Aku Ingin Bertemu Dengan Guru Ku.! Buka Pintunya! Guru ku ada didalam! Biarkan aku melihatnya!"

    Orang Sekitar Melihat Ku Dengan Rasa Iba. Tapi Mereka Tidak Mau Mendekatiku Ataupun Membantu Ku. Mereka Malah Menjauhiku. Dengan Rasa Takut.

    "Tolong Buka Pintunya, Aku Ingin Bertemu Dengan Guru!"

    BRAK BRAK BRAK BRAK

    Aku Menggedor-gedor Pintu

    "Tolong Buka Pintunya, Tolong Buka Pintunya!"

    Aku Berteriak Sambil Menangis

    'Seorang Laki-laki Tidak Pernah Menangis Apa pun Yang Terjadi, jadilah Jantan! Jadilah Kuat! Jadilah Pemberani!' kata Guru Yang Muncul Dalam Pikiranku.

    Aku Pun Berhenti Menangis.

    BRAK BRAK BRAK BRAK

    Aku Menggedor-gedor Pintu

    "Tolong Buka Pintunya, Tolong Buka Pintunya!"

    BRAK BRAK BRAK BRAK

    Aku Menggedor-gedor Pintu

    "Tolong Buka Pintunya, Tolong buka pintunya! Biarkan aku masuk! Biarkan aku bertemu dengan guru ku!”

    Aku terus meneriaki dengan waktu begitu lama.

    Waktu Mulai Gelap. Aku Berusaha Mencari Jalan Untuk Masuk Ke rumah Ini.

    by : FVREDDY_JHOENNY_RIEWANTHO Senin, 18 November 2019

    0 komentar:

    Posting Komentar

  •