• Rito_Megaredrcn - Volume 01_Chapter 005

    Volume 01_Chapter 005 pohon legenda

    Pagi Menyongsong. Aku Membuka Mata.

    "Emmm. Ukhhhh. Badan Ku Tak Bisa Bergerak. Kenapa Lagi Ini?"

    Aku Melihat Kiri Ku. Guru Ve Masih Memelukku.

    'Aku Lupa Kalau Tadi Malam Guru Memelukku Saat Tidur'

    "guru Ve Bangun! Guru Ve Bangun! Ayo Bangun! Bukankah Guru Ve Mau Ikut Pergi Keluar. Guru Ve Ayo Bangun!"

    Guru Ve Masih Belum Bangun.

    "Guru Ve Ayo Bangun! Kalau Guru Ve Tak Bangun, aku Akan Meninggalkan Guru Ve!"
    "Iya. Aku Akan Bangun Tapi Bentar Lagi Ya. Masih Ngantuk!?"
    "Bila Guru Ve Tidak Bangun Segera Akan Aku Tinggal Sekarang!?"
    "Tidak. Aku Gak Mau."
    "Ugkh!?"

    Guru Ve Makin Erat Memelukku.

    "Guru Ve Tolong Lepaskan Aku. Guru Ve Tolong Lepaskan Aku."
    "Tidak. Kamu Pasti Pergi Meninggalkanku."
    "Tidak. Aku Tidak Akan Meninggalkan Guru Ve."
    "Bohong! Pasti Bohong!?"
    "Bila Guru Ve Tidak Mau Kalau Bisa Guru Ve Sedikit Lembut. Aku Tak Bisa Bernafas. Aku Mohon Guru."
    "Biklah. Maafkan Aku!?"

    Guru Ve Melonggarkan Pelukannya.

    "HuHhh Huhhh Huhhh!?" Aku Mencoba Mengambil Nafas Banyak-banyak.
    "Iya Tak Apa. Apa Kita Bisa Pergi Sekarang?"
    "Baiklah. Tapi Kalau Kamu Mau Memanggil Namaku Tanpa Menyebutkan Guru."
    "Eeeeee. Kalau Ya Itu. Maaf Guru Ve Aku Masih Belum Bisa. Maukah Guru Ve Menunggu Lagi Untuk Beberapa Waktu."
    "Mmmmm. Tapi Aku Ingin Sekarang!?"
    "Aku Tak Bisa Guru Ve. Aku Masih Membutuhkan Waktu."
    "Apa Kamu Membenciku?"
    "Aku Tidak Membencimu Guru Ve."
    "Apa Kamu Menyayangiku?"
    "Ya. Aku Menyayangi Guru Ve."
    "Tapi Kenapa Kamu Tidak Mau Mengatakan Namaku?"
    "Bukannya Aku Tak Mau Guru Ve. Tapi Bisakah Guru Ve Menunggu Sampai Waktunya Tiba Dan Aku Masih Kecil. Aku Mau Fokus Sama Latihan Ku Dulu. Agar Aku Bisa Melindungi Guru Ve Kapan Dan Dimanapun Guru Ve Tetap Aman Bersamaku. Aku Tak Tahu Diluar Sana. Mungkin Saja Di Luar Sana Ada Seseorang Yang Lebih Hebat Dari Ku. Jadi Bisakah Guru Ve Tetap Sabar Menunggu!?"
    "Baiklah. Tapi Kamu Janji Kamu Akan Menyebutkan Namaku Tanpa Ada Kata Guru Dinama Ku Saat Kamu Memanggilku."
    "Baiklah. Aku Berjanji.”

    "kukuruyuuuuuukkkkkk."

    Ayam Jantan Berkokok Di Pagi Hari.

    "Heleh. Sudah Ku Duga. Pasti Jadi Begini."
    "Apanya Rito?"
    "Tak Ada Apa-apa Kok Guru Ve?"
    "Sungguh!"
    "Iya. Ayo Kita Pergi Sekarang Sebelum Siang!"
    "Baiklah!"

    Kami Bangun. Dan Pergi Keluar Untuk Membeli Perlengkapan Perjalanan Nanti.

    Selama Perjalanan Kami Berdua Saling Berbicara.

    "Rito. Mau Beli Apa!?"
    "Mau Beli 2 tas Untuk Membawa Barang kita perjalanan nanti. Kita Tak Punya Tas Yang Cukup Untuk Membawa Barang Bawaan Kita. Aku Pikir Kita Mencari Tas Yang Cukup Kuat Dan Sedikit Besar. Agar Tas Nya Tidak Cepat Rusak Dan Membawa Barang Bawaan Kita Cukup Banyak!?"
    "Kita Mau Beli Barang Berapa Banyak!?"
    "Cukup Banyak. Kita Akan Melakukan Perjalanan Jauh. Kita Harus Membeli Barang Yang Kita Butuhkan Di Perjalanan Kita Nanti."
    "Begitu Ya! Kita Pergi Dalam Perjalanan Ini Selama Berapa Bulan Dalam Perjalanan Ini!?"
    "Aku Tak Tahu. Aku Pikir Cukup Lama. Mungkin Bisa Setahun Bahkan Cukup Lama Bisa 2 tahun atau lebih."
    "Sungguh."
    "Iya. Itu Tergantung Berapa Lama Kita Berjalan Dan Istirahat. Tetapi Juga Aku Pikir Tergantung Berapa Lama Kita Berada Di Dalam Kota Di Kerajaan Itu. Jadi Aku Tak Bisa Memastikannya."
    "Begitu Ya! Bagaimana Kalau Kita Pergi Cepat-cepat?"
    "Tidak. Kalau Kita Pergi Dengan Cepat-cepat Dan Istirahat Kita Kurang, kita Akan Mendapatkan Masalah Di Belakangnya. Bisa Saja Kita Jatuh Sakit Karena Kelelahan, bisa Saja Kita Jatuh Sakit Karena Dehidrasi, bisa Saja Kita Jatuh Sakit Karena Demam, Bisa Saja Kita Terluka Karena Tak Waspada Dan Bisa Saja Kita Mendapatkan Masalah Besar Di Perjalanan. Jadi Aku Pikir Kita Melakukan Perjalanan Nyaman Dan Aman. Tapi Tetap Harus Hati-hati, Tergantung Situasi Disana."
    "Waw. Kau Sudah merencanakan Semua Dengan Teliti."
    "Ya. Aku Melakukan Itu Sudah Jauh-jauh Hari. Karena Guru Ikut, aku Pikir Aku Harus Mempersiapkan Semuanya Demi Keamanan  Dan Kenyamanan Guru Ve. Demi Melindungi Guru Ve. Aku Harus Merencanakan Semuanya."
    "Sungguh!?"

    Muka Guru Ve Memerah.

    Entah Apa Yang Terjadi Pada Guru Ve. Sifatnya Berubah Semenjak Aku Menyelamatkan Dari Tuan Vimoust Dulu. Aku Membiarkan Guru Ve Apa Yang Guru Ve Inginkan. Aku Tak Bisa Mengatakannya. Ketika Aku Mencoba Mengatakannya. Perasaan Aneh Muncul. Jadi Aku Mengurungkan Niatku Untuk Bertanya.

    "Rito! Kita Mau Pergi Kemana?"
    "Kita Aku Pergi Ke pusat Kota Disini. Disana Banyak Toko Yang Kita Perlukan Untuk Perjalanan Nanti."
    "Kita Akan Membeli Apa Disana?"
    "Aku Pikir Guru Ve Akan Mengerti Nanti. Jadi Tunggu Saja Ya!?"
    "baiklah."

    Kami Sampai Di Pusat Kota.

    "Waw! Sudah Lama Aku Tak Kesini. Semuanya Banyak Berubah."
    "Apa Guru Ve Pernah Kesini?"
    "Ya. Waktu Itu Ketika Aku Ingin Membeli Tanah Dan Membangun Rumah. Aku Pergi Ke Sini Untuk Bertanya Pada Serikat Perdagangan Dan Serikat Pembangunan Disini."
    "Begitu Ya. Jadi Guru Ve Mendapatkan Rumah Dan Tanah Karena Bertanya Di Sini."
    "Ya. Walau Pada Saat Itu. Aku Masih Berumur 12 tahun. Mereka Sangat Baik. Bahkan Menuntunku Mencarikan Rumah Dan Tanah Sesuai Uang Yang Aku Punya Pada Waktu Itu."
    "Sungguh!? Jadi Kota Disini Sangat Baik. Tidak Hanya Dipinggir Kota Tetapi Di Pusat Kota Juga. Semuanya Baik."
    "Ya. Karena Itu Aku Senang Kalau Tinggal Disini Sangat Lama. Walau Sedih Meninggalkan Kota Ini."
    "Jika Guru Ve Ingin Kembali. Kita bisa kembali ke kota ini Ketika Aku Sudah Mendapatkan Pedang Itu. Kita Bisa Kembali Lagi."
    "Sungguh!? Terimakasih. Kamu Muridku Yang Terbaik."
    "Ya. Aku Akan Membuat Guru Ve Senang."
    "Terimakasih. Jika Kita Kembali Lagi. Kamu Bisa Sekolah Yang Di Pinggir Sana. Walau Berseberangan Dan Cukup Jauh Dari Rumah. Aku Juga Pernah Masuk Kesana. Itu Sekolah Terbaik Di Kerajaan Ini. Jadi Aku Sarankan Buatmu. Walau Cukup Berat Dan Sulit Ujian Masuknya. Aku Pikir Kamu Pasti Lulus Dalam Ujian Masuknya."
    "Baiklah. Jika Guru Ve Menyarankan Kepadaku Sekolah Ini. Aku Akan Memasukinya Walau Ujiannya Sangat Sulit. Aku Berjanji Tak Akan Mengecewakan Guru Ve. Jadi Guru Ve Tenang Saja Ya."
    "Ya. Aku Akan Menanti Hasil Ujian Masuknya."
    "Ya. Tunggu Saja Guru Ve. Aku Pikir Selam Perjalanan Aku Juga Harus Belajar Jurus Lagi Yang Belum Aku Ketahui Dan Juga Aku Akan Belajar Di Perpustakaan Yang Ada Kerajaan DI setiap Kali Kita Memasuki Kerajaan."
    "Begitu Ya. Kalau Begitu Aku Akan Mengajari Semua Jurus Yang Aku Punya."
    "Tidak. Guru Ve. Aku Sudah Melihat Jurus Guru Ve Yang Perlihatkan. Aku Sudah Menguasai Semuanya. Tetapi Aku Pikir Jurus Yang Belum Pernah Aku Lihat Sebelumnya Jangan Turunkan Kepadaku. Biarkan Itu Menjadi Jurus Andalan Guru Ve. Aku Akan Belajar Dari Buku Yang Akan Ku Pelajari Sendiri Biar Aku Bisa Berkembang. Dan Aku Juga Ingin Menguasai Simbol Yang Muncul Ditanganku."
    "Begitu Ya. Tetapi Seorang Guru Harus Mengajarkan Semua Jurus Yang Mereka Punya Kepada Muridnya."
    "Ya Aku Mengerti Guru Ve. Tetapi Guru Ve Tak Punya Simbol Yang Sama Dengan Yang Aku Punya. Jadi Aku Ingin Mengetahui Apa Simbol Ini Dan Apa Arti Sebenarnya Simbol Ini. Ketika Aku Menggabungkan Jurus Kuda-kuda Yang Di Ajarkan Guru Ve Dengan Simbol Yang Muncul Ditangan Ku. Kekuatan Ku Menjadi Sangat Kuat. Karena Itu Aku Ingin Lebih Ingin Menguasai Simbol Yang Aku Miliki Dan Apa Arti Sebenarnya."
    "Begitu Ya."

    Guru Ve Sedikit Sedih.

    "Bukannya Aku Tak Mau Guru Ve. Tapi Aku Tak Mau Ketika Orang Yang Kuat Dariku Bisa Menandingiku Dan Mengetahui Semua Jurusku Yang Guru Ve Ajarkan Semuanya. Mereka Membuatku Tak Berkutik Dan Membuat Guru Ve Tak Berdaya Dan Tak Bisa Melakukan Sesuatu. Coba Pikir Apa Yang Terjadi."
    "Eeeee."
    "aku Akan Merasa Sedih Kalau Guru Ve Terluka. Jadi Aku Pikir Lebih Baik Guru Ve Menyimpannya Agar Sesuatu Yang Kita Tak Ingin Kan Terjadi."
    "Baiklah. Jika Kamu Inginkan Begitu Aku Akan Percayakan Padamu."
    "Ya Guru Ve Terimakasih."
    "YA Sama-sama."

    Guru Ve Mulai Tersenyum.

    "Guru Ve, Kita Akan masuk Kedalam Toko Ini. Kita Perlu Membeli Tas Dan Pakaian Kita."
    "Baiklah. Tetapi Kenapa Juga Harus Membeli Pakaian Juga?"
    "Iya. Kita Perlu Beberapa Pakaian Ganti. Gag Mungkin Pakai Cuma 3 pasang Saja. Paling Tidak Kita Punya 5 atau 6 Pasang Pakaian Ganti."
    "Begitu Ya."
    "Ya. Guru Ve Pilih Pakai Guru Ve. Aku Akan Pergi Mencari Tas Dulu."
    "Baik. Apakah Kamu Mau Aku Carikan Pakaian Yang Aku Pilihkan?"
    "Tidak. Biarkan Aku Pilih Sendiri Saja. Nggak Mungkin Guru Ve Tahu Ukuran Baju Ku Yang Sekarang Kan?
    "Benar Juga. Baiklah Aku Akan Memilih Pakaian Ku Sendiri."
    "Ya. Pilih Jahitannya Kuat Dan Periksa Kainnya Bagus Atau Tidak, Agar Pakaian nya tahan lama dan Kulit Guru Ve Tidak Iritasi."
    "siap Laksanakan Tuan Rito!"
    "Guru Ve Bisa Tidak Bilangnya Yang Biasa-biasa Saja."
    "Baiklah. Hehehehe!"
    "Aku Pergi Mencari Tas Dulu Dan Guru Ve Silahkan Pilih Disana!?"
    "Ya. Aku Kesana."
    "Ya."

    Kami Masuk Ke Sebuah Toko Pakaian Dan Tas. Datang Pelayan Laki-laki.

    "Selamat Datang! Nyonya Dan Aden Ini Cari Apa?"
    "Saya Lagi Mencari Pakaian Dan Adik Laki-laki Ini Lagi Pakaian Dan Tas!?"
    "Baiklah. Untuk Nyonya Silahkan Ikut Bersama Pelayan Yang Disana Dan Untuk Aden Silahkan Ikut Dengan Saya!?"
    Guru Ve Ikut Dengan Pelayan Perempuan Menuju Ke Tempat Pakaian.

    "Baiklah!? Tapi Bolehkah Aku Memilih Tas Terlebih Dahulu"
    "Baik Aden!"

    'Dia Ramah Pada Semuanya. Bahkan Aku Yang Tidak Punya Uang Banyak. Dilayani Dengan Baik'

    "Aden Menginginkan Tas Yang Bagaimana?"
    "Aku Ingin Membeli Tas Yang Dibuat Perjalanan Jauh Dan Asal Kuat!?"

    Aku Ikut Dengan Pelayan Laki-laki Yang Menyambut Kami Pertama Kali Dan Menuju Ke Tempat Bagian Tas Dahulu.

    "Aden, ini Semua Tas Yang Di Disini Adalah Yang Terbaik Yang Kami Miliki!?"
    "Ya. Terimakasih. Aku Akan Memilih Tas Nya!?"

    Aku Memilih-Milih Tas.

    Melihat Jahitannya. Kuat Atau Tidak. Dari Segi Ukurannya. Aku Hanya Membawa Beberapa Barang. Kupikir Yang Besar Kurasa Kurang Kebesaran Dan Akan Banyak Ruang Yang Kosong. Kalau Yang Kecil Kurasa Banyak Barang Yang Tidak Masuk Kedalam Tas. Kupikir Yang Sedengan Ini Yang Pas.

    'Jahitannya Bagus Dan Ukurannya Cocok.'

    "Tuan pelayan. Aku Memilih Dua Tas Ini Dan Aku Ingin Melihat-lihat Pakaian"
    "Baiklah Aden! Silahkan Ikut Saya Sekarang!"
    "Terima Kasih."

    Pelayan Laki-laki Itu Tersenyum. Dia Sudah Tidak Terlalu Tua Ataupun Muda. Walau Tubuhnya Terlihat Sedikit Tua. Tapi Dia Punya Sesuatu Energi Yang Kuat Dan Kesopanan Yang Hebat.

    "Aden! Ingin Membeli Pakaian Seperti Apa?"
    "pakaian Untuk Perjalanan Panjang. Tidak Terlalu Mahal Dan Kuat. Aku Ingin Mencari Pakaian sepasang Saja Untuk Perjalanan Nanti."
    "Baiklah Aden. Saya Akan Mengantarkan Aden Kesana. Silahkan Lewat Sini!?"

    Aku Di Antarkan Ke Tempat Pakaian.

    "Aden. Silahkan Pilih Yang Aden Inginkan. Pakaian Disini Sangat Berkualitas."
    "Ya. Terimakasih!?"
    "Sama-sama Aden."

    Aku Memilih-milih Pakaian. Semuanya Bagus. Tapi Aku Bukan Yang Selalu Melihat Dengan Teliti. Itu Membuatku Capek. Cuma Terlihat Cocok Saja.

    'Warna Hitam Kurasa Cocok. Kalau Yang Berwarna Akan Terlihat Mencolok. Jadi Aku Membeli Ke 6 pakaian Ku Berwarna Hitam. Tetapi Kalau Yang Semuanya Bentuknya Sama Pasti Guru Ve Marah. Aku Pikir Cari Yang Lainnya Saja. Bentuknya Berbeda Yang Penting Berwarna Hitam.'

    "Tuan Pelayan. Aku Membeli Dua Tas Dan 6 pakaian Ini"
    "Baiklah Aden. Untuk Pembayarannya Silahkan Ikut Saya!?"
    "Ya. Dan Juga Untuk Guru Ku Yang Perempuan Tadi Aku Ingin Membayar Bersamaan!?"
    "Baik Aden."

    Aku Mengikuti Ke Kasir.

    Ketika Aku Didepan Kasir. Guru Ve Masih Belum Datang.

    "Guru Ve Belum Datang. Mungkin Masih Lama!?"
    "Aden Silahkan Duduk Disini!"

    Pelayan Itu Mempersilahkan Aku Duduk Di Kursi.

    Toko Ini Sangat Ramai. Banyak Pembeli Yang Mencari Pakaian. Dari Yang Tua, dewasa Bahkan Anak Kecil Yang Berumur Satu Tahun. Bangsawan Pun Juga Membeli Disini. Bagi yang bukan keluarga saudagar dan bangsawan Hanya Yang Mampu Yang Bisa Masuk Dan Membeli Barang Sini. Kainnya Sangat Bagus. Daru Bulu Domba, Kambing, sapi, Kelinci, Serigala Bahkan Beruang. Untuk Pakaian Dari Kulit Hewan Hanya Para Bangsawan Dan Saudagar Yang Bisa Membelinya. Bagi Yang Para Petualangan Hanya Membeli Pakaian Dari Tumbuhan. Walau Sedikit Mahal. Tapi Pakaian Yang Dibuat Dari Tumbuhan itu Gatal. Mereka Memfokuskan Pada Kualitas Dari Pada Untung. Aku Pikir Semakin Banyak Orang Yang Membeli Dan Mempercayai Produknya Semakin Banyak Orang Yang Berbondong Bondong Membelinya. Pola Pikir Penjual Dan Produksi Di Toko Ini Sangat Baik Dan Terencana.

    "selamat Datang Tuan Dan Nyonya. Bolehkah Saya Membantu Anda!?"
    "Ya. Saya Ingin Membelikan Pakaian Yang Cocok Untuk Anak-anak Kami."
    "Baiklah. Tuan Dan Nyonya Silahkan Ikuti Saya. Saya Akan Mengantar Tuan Dan Nyonya."
    "Ok!?"

    Pelayan Yang Mengantar Ku, dia Pergi Menyambut satu Keluarga. Aku Pikir Mereka Adalah Keluarga Terpandang Baik Tuan Dan Nyonya Itu. Mereka Bersama Dua Anak Perempuan Yang Satu Lebih Tua Kira-kira 18 tahun Dan Satunya 14 tahun. Dan Juga Dua Anak Laki-laki Yang Satu Umur 21 tahun Dan 16 tahun. Pakaian Mereka Cukup Hebat. 

    'Aku Pikir Aku Tak Bisa Memakai Pakaian Seperti Mereka'
    Aku Teringat Kata Guru.

    'Jangan Pernah Menatap Bangsawan Terlalu Lama, Itu Tidak Sopan. Dari Sudut Pandang Mereka. Itu Berbeda Dari Kita. Mereka Akan Berpikir Sedang Berniat Buruk Walau Kita Melihat Mereka Begitu Sangat Anggun. Selanjutnya Jangan Pernah menyapa Mereka. Bagi Kita, seseorang Harus Saling Menyapa. Tapi Bagi Rakyat Kecil Bagi Kita Itu Seperti Penghinaan Jadi Kita Tidak Boleh Menyapa Mereka Dahulu. Tapi Kalau Mereka Menyapa Mereka. Kita Harus Menyapa Mereka Dan Tersenyum. Selanjutnya Jika Mereka Menatap Kita, Kita Harus Menundukkan Badan Seperti Hormat Kepada Mereka. Jika Tidak Kita Akan Mendapat Hukuman. Selanjutnya Kita Tidak Boleh Terlalu Dekat-dekat dengan mereka, kita Dan Mereka Berbeda. Dari Sudut Keturunan, darah, Jabatan Dan Kekayaan. Kalau Bisa Kita Mundur Satu Langkah Kalau Bisa Dibilang Kita Jangan Menjauhi Mereka Tetapi Jangan Sampai Membenci Mereka. Mengerti!?'
    'Mengerti!?'
    'Aku Tak Boleh Menatap Mereka!?'

    Aku Langsung Menatap Tempat Lain. Tetapi Mereka Tahu Dan Menatap Ku.

    Setelah Mereka Menatap Ku. Mereka Langsung Pergi.

    "Syukurlah. Mereka Langsung Masuk Kedalam. Aku Pikir Mereka Akan Mendekatiku."

    Aku Mengelus Dada. Aku Merasa Gugup Dan Jantungku Berdetak Kencang.

    "Guru Ve Lama Bener."

    Aku Berjam-jam Duduk Di Tempat Kursi Ini. Aku Duduk Di Kursi Dari Kayu. Walau Ada Yang Sangat Bagus Tapi Guru Ve Bilang.

    'Ketika Kita Di Tempat Sesuatu Yang Baik!?'
    'Yang Baik. Maksud Guru!?'
    'Dengarkan Guru Dulu. Guru Masih Belum Selesai Bicara. Dengarkan Dulu Ok!?'
    'Baiklah Guru'
    'Ketika Kita Di Tempat Sesuatu Yang Baik. Kita Di Beri Pilihan Dua Kursi Untuk Duduk. Kamu Harus Ingat, bila Di Depan Ada Dua Kursi. Kursi Pertama Terbuat Dari Bulu Hewan Terbaik Dan Sangat Empuk. Kursi Kedua Terbuat Dari Kayu Dan Biasa Saja. Kita Harus Tahu Diri. Kita Harus Memilih Kursi Yang Terbuat Dari Kayu. Ingat Itu. Bila Kita Memilih Kursi Yang Terbuat Dari Bulu Hewan, kita Akan Terlihat Tidak Sopan. Walau Mereka Menyuruhmu Duduk. Kamu Harus Mencari Tempat Duduk Yang Terbuat Dari Kayu.'
    'Ya Guru. Tetapi Kalau Tak Ada Kursi Kayu Bagaimana?'
    'Jika Kursi Yang Terbuat Dari Kayu Tak Ada Kita Baru Duduk Kursi Yang Terbuat Dari Kulit Hewan Tapi Tunggu Sampai Mereka Mempersilahkan Kita Duduk Kalau Mereka Tidak Mempersilahkan Duduk Kita Harus Tetap Berdiri. Mengerti!?
    'Mengerti Guru'

    Ketika Aku Melihat-lihat Sekeliling. Keluarga Bangsawan Itu Muncul.

    'Waduh! Mereka Lebih Cepat Dari Guru Ve. Apa Aku Sedang Kena Sial Atau Gimana?'

    Mereka Menuju Ke kasir.

    Aku Berpura-pura Tidak Melihat Mereka Dan Menundukkan Kepala.

    Tuan Itu Didepan Kasir Untuk Membayar Barang Yang Mereka. Tetapi Yang Lainnya Menatap Ku Entah Bagaimana. Aku Terus Menatap Ke bawah.

    'Waduh Gimana Ini!? Mereka Menatap Ku. Guru Ve Lama Sekali!?’

    Aku Harus Bagaimana.

    'Guru Ve!? Aku Mohon Cepatlah Kembali!? Guru Ve!?'

    "Woi Rito!? Kamu Disini Juga!?"

    Aku Mendengar Suara Yang Pernah Aku Kenal.

    Aku Lalu Melihat Dari Arah Suara Yang memanggilku.

    "Oh. Kalian! Kalian Kesini Juga!"

    Mereka Adalah Seseorang Yang Pernah Aku Temui.

    Ya Bisa Disebut Teman Berburu Lah. Mereka Kesini Bersama Keluarganya. Mereka Itu Bob Yang Di Kiri Dan Di kanan Romi.

    "Ya. Bajuku Sudah Sempit. Ketika Aku Berjalan Mau Kesini Aku Bertemu Bob. Dan Bilang Kalau Aku Ingin Pergi Ingin membeli pakaian. Soalnya pakaianku Sudah Sempit. Lalu Dia Menyuruh Keluarga Ku Menunggu Untuk Ikut."
    "Ya. Pakaianku Juga Sempit. Ketika Aku Bertemu Dengan Romi Aku Berpikir Ikut Beli Juga. Jadi Aku Menyuruhnya Menunggu Ku Dan Mengajak Keluargaku Kesini."
    "Begitu Ya."
    "Ya. Karena Itu Kami Pergi Bersama Keluarga Bob Bersama Ku."
    "Oh Ya Rito!? Kamu Beli Pakaian Juga Disini."
    "Ya Romi! Aku Membeli Pakaian Untuk Perjalanan Nanti!"
    "Oh. Jadi Kamu Sudah Siap-siap Untuk Pergi." sahut Ayah Bob.
    "Iya Om Bob. Guru Saya Sudah Siuman. Jadi Aku Harus Pergi Mencari Pengganti Pedang Kayu saya."
    "Benar Juga. Pedang Kayu Mu Hancur Pada Waktu Berburu Di Hutan." kata Ayah Bob.
    "Benar. Aku Melihat Jurus Kau Gunakan Dua Bulan lalu Waktu Itu Membuat Pedang Kayu Itu Langsung Hancur Menjadi Debu." Kata Ayah Romi.
    "ya Yah. Aku Melihatnya Kaget Ketika Pedang Kayu Itu Hancur." kata Romi.
    "ya Aku Juga. Aku Tercengang Melihat Jurus Teknik Pedang Kayu Rito Yang Bisa Menghancurkan Pedang Kayu Menjadi Debu." Kata Bob
    "Iya. Ketika Pedang Kayu Ku Hancur. Aku Sedikit Sedih. Walau Jurus Yang Kugunakan Waktu Berhasil. Tetapi Pedang Kayu Ku Yang Aku Dapatkan Susah Payah Dari Guru Ku. Itu Membuatku Syok Dan Sedih."
    "Apa Kau Sudah Mencari Penggantinya?" Tanya Romi.
    "Ya. Apakah Sudah Dapat Penggantinya?" Tanya Bob.

    Ayah Bob Dan Ayah Romi Mengangguk.

    "Belum Mendapatkannya. Guru Ku Bilang. Bila Pedang Kayu Itu Hancur. Tak Ada Pedang Kayu Yang Bisa Aku Gunakan. Semuanya Akan Hancur Dalam Sekejap Ketika Aku Menggunakan Nya."
    """"Sungguh.""""
    "Iya Sungguh. Karena Itu Aku Harus Mencari Penggantinya. Tapi Pohon Yang Aku Inginkan Sangat Sulit Ditemukan!?"
    "Benarkah!" tanya Romi.
    "Benar. Sangat Sulit."
    "Pohon Apa Yang Kamu Cari Bila Kau Ingin Mencarinya." tanya Ayah Bob.
    "Ya Pohon Apa Itu?" Tanya Bob.
    "Aku Penasaran?" kata Ayah Romi.
    "Pohon Itu Bernama Pohon Abadi Dan Pohon Adam."

    Ketika Mereka Mendengarnya Mereka Kaget Semua Bahkan Keluarga Bangsawan Itu Tak Sengaja Mendengarnya Juga Ikut Kaget. Hanya Bob Dan Romi Yang Bingung Apa Yang Terjadi.

    "Yah. Pohon Apa Itu. Kok Ayah Dan Yang Lainnya Kaget. Kecuali Aku Dan Romi Saja Yang Tak Tahu."
    "Pohon Abadi Adalah Pohon Yang Tumbuh Sangat Lambat. Bibitnya Sangat Sulit Dicari. Para Kerajaan Dan Bangsawan Terus Mencari Pohon Abadi Itu. Sampai 1000 tahun tak Ada Kabar Kalau Pohon Abadi Di Temukan. Pohon Abadi Bila Di Gunakan Menjadi Pedang Akan Menjadi Kuat. Tahan Api, Tanah, angin, Air, petir.
    Bahkan Bisa Memotong Besi. Bagus Untuk Digunakan Menjadi Rumah. Jadi Banyak Orang Berbondong-bondong Mencarinya. Tetapi Sampai Sekarang Masih Belum Ditemukan." Kata Ayah Bob.
    "Benarkah Itu!" Tanya Bob.
    "Iya Benar" Jawab Ayah Bob.
    "Untuk Pohon Adam Adalah Pohon Yang Sangat Sulit Ditemukan. Tumbuhnya Harus Ditempat Paling Subur Dan Bibitnya Saja Muncul Dua Saja Ketika Pohon Adam Itu Berkembang. Banyak Bunga Yang Tak Mengeluarkan Bibit Dalam Pohon Adam. Bahkan Pohon Adam Sudah Sangat Sulit Sejak 10000 tahun. Bibitnya Sampai Sekarang Tak Ada Yang Bisa Menemukannya. Bahkan Kerajaan Dan Bangsawan Mencarinya. Harganya Satu Bibit Saja Dengan Hampir Seharga 1000 koin Emas putih. Kalau Pohon Itu Muncul Banyak Yang Langsung Menyimpan Dan Menyembunyikannya." kata Ayah Romi.
    "Kenapa Yah?" tanya Romi.
    "Karena Satu Batang Ukuran 8x5x5 itu Seharga 100000 koin Emas putih." Kata Ayah Romi.
    "Sungguh!?" kata Romi Dan Bob
    "ya? Satu Ranting Saja Di Hargai Sama Dengan Harga Bibit Saja." Kata Ayah Bob.
    "Ya. Karena Itu Bila Digunakan Pedang. Pedang Yang Terbuat Kayu Pohon Adam Lebih Kuat Dari Baja. Jadi Banyak Para Pendekar Pedang Mencari Dan Memburunya. Bahkan Sampai-sampai Membunuh Orang Yang Memilikinya." kata Ayah Romi.
    "Mengerikan." kata Romi.
    "Ya. Sungguh Mengerikan." Kata Bob.
    "Jadi Kalian Berdua Tidak Boleh Dekat-dekat Dengan Kedua Pohon Itu." kata Ayah Bob.
    "Ya. Lebih Baik Kalian Menjauhinya." Kata Ayah Romi.
    "Ya Ayah." kata Romi Dan Bob.
    "Untuk Rito. Hmmmmm. 
    Kurasa Lebih Baik Aku Biarkan." kata Ayah Bob.
    "Ya. Lebih Baik Biarkan Saja." kata Ayah Romi.
    "Kenapa Ayah Membiarkannya. Seharusnya Melarangnya." tanya Ibu Romi Ke Ayah Romi.
    "Ya. Seharusnya Melarangnya. Kenapa Malah Membiarkannya? Mungkinkah Karena Itu?" tanya Ibu Bob Ke Ayah Bob.
    "Bukan Karena Itu. Tapi Romi Sudah Sangat Kuat." Jawab Ayah Bob.
    "Ya. Dia Sangat Hebat. Bahkan Dia Pernah Meminjam Golok Ku Saat Berburu. Golokku Menjadi Meleleh. Jadi Kami Membiarkan Dia Saja. Tapi Walau Masih Kecil, aku Pikir Dia Bisa Menjaga Dan Melindungi Dirinya Dengan Sangat Baik." kata Ayah Romi.
    "Benarkah!?"  Kata Ibu Bob Dan Ibu Romi.
    "Iya." jawab Ayah Bob Dan Ayah Romi.

    Mereka Memperdebatkan Diriku. Aku Pura-pura Tersenyum.

    "Rito! Jika Kau Mendengarkan Pohon Abadi Dan Pohon Adam. Apakah Kau Akan Mencarinya Kemana Dan Dimanapun Itu?" tanya Bob.
    "Ya. Aku Akan Pergi Mencarinya. Tapi Aku Akan Mencari Tahu Dulu Apakah Itu Benar Ada Atau Cuma Omong Kosong Saja. Aku Tidak Boleh Terburu-buru Langsung Mencarinya Yang Terpenting Informasi Itu Sungguhan." 
    "Sungguh. Kau Bener-Bener Gila." kata Romi.
    "Sungguh. Apakah Begitu Bob?"
    "Ya. Kau Sungguh Gila." kata Bob.
    "Emmmmm. Aku Pikir Guru Ku Tak Pernah Mengajari Seperti Itu."
    "Sungguh." jawab Bob.
    "Berarti Kau Sendiri Yang Gila. Hahahaha." Celetuk Romi.

    Semua Orang Yang Mendengarnya Tertawa. Aku Ikutan Tertawa.

    "Kau Disini Membeli Apa Rito?" Tanya Bob.
    "Aku Membeli Pakaian Dan Tas." 
    "Memangnya Kau Jadi Berangkat!?" Tanya Romi.
    "Ya Jadi. Besok Aku Mau Berangkat Mencari Pedang Yang Pernah Aku Dengar Desas-desusnya." 
    "Sungguh. Bukankah Pedang Itu Cuma Bohongan saja." tanya Bob.
    "Ya. Aku Dengar Itu Hanya Para Penyair Pembohong Yang Bernyanyi Untuk Mencari Uang." kata Romi.

    Keluarga Romi Dan Bob Memikirkan Pedang Itu. Sepertinya Mereka Juga Mendengarkan Cerita Itu. Tetapi Mereka Berpikir Hanya Bohongan Saja. Jadi Mereka Tak Pernah Memperdulikannya.

    "Aku Tak Tahu Apakah Itu Benar Atau Kebohongan Saja Dari Penyair Itu. Tapi Aku Akan Pergi Memeriksanya Dengan Mataku Sendiri Dan Juga Aku Ingin Melatih Teknik Pedang Ku Dan Mengembangkan Teknik Pedang Ku. Untuk Melindungi Seseorang. Guru Ku Mengajariku Teknik Pedang Yang Diajarkan Guru Ku Hanya Untuk Melindungi Diri Sendiri Dan Melindungi Orang-orang Yang Membutuhkan Saja."
    "Sungguh!?" Tanya Bob.
    "Benarkah!?" Tanya Romi.
    "Begitu Ya." Kata Ayah Romi.
    "Kau Sungguh Hebat." Kata Ayah Bob.
    "Ya. Teknik Pedang Ku Masih Lemah. Di Luar Sana Banyak Orang Yang Lebih Hebat. Entah Itu Orang Baik Maupun Orang Jahat. Jadi Aku Harus Melindungi Orang Yang Aku Anggap Penting."
    "Apa Aku Juga Orang Penting?" Tanya Bob.
    "Mungkin Saja."
    "Apa Aku Juga Orang Penting Bagimu?"
    "Entahlah."
    "Rito. Katakan Dengan Sungguh-sungguh Bisa Tidak!?" Tanya Romi Dan Bob.
    "Ok-ok. Tapi Apakah Kita Berteman?"
    "Hmmmmm. Aku Tak Tahu." kata Romi.
    "Aku Juga Tak Tahu." Kata Bob.
    "Emmmmmm!?"
    "Hahahaha" Tawa Keluarga Bob Dan Romi.
    "Bukankah Kalian Saling Berburu Bersama.." kata Ibu Bob.
    "Iya. Bukankah Kalian Bersenang-senang Saat Berburu!?" Tanya Ibu Romi.
    "Benar Juga Kata Ibu." kata Ayah Bob.
    "Aku Juga Berpikir Ibumu Benar." Kata Ayah Romi.
    "Benar Juga." kata Bob.
    "Kita Sudah Berteman. Jadi Jangan Tanyakan Lagi." kata Romi.
    "Ya. Kita Sudah Berteman Dan Saling Berburu Bersama." 
    ""Ya."" Kata Bob Dan Romi.
    "oh Ya Rito. Jika Saja Pedang Itu Benar-benar Ada Dan Jika kau Sudah Mendapatkannya. Apakah Kau Akan Kembali Lagi Kesini?" tanya Bob.
    "Ya. Apakah Kau Akan Kembali Lagi?" Tanya Romi.
    "Aku Tak Tahu Apakah Aku Akan Kembali Lagi Ke Kota Ini Atau Tidak, tetapi Jika Guru Ku Menyuruh Ku Kembali. Aku Akan Kembali Ke Kota Ini. Dan Kalau Sebaliknya Guruku Tak Menyuruhku Kembali, aku Takkan Kembali. Itu Semua Tergantung Guruku. Tetapi Aku Pikir Guru Ku Mencintai Kota Ini. Mungkin Saja Akan Kembali. Jika Saja Guru Ku Mencintai Tempat Lain. Aku Akan Ketempat Itu."
    "Begitu Ya." kata Romi
    "Berarti Itu Semua Tergantung Guru Ya." Kata Bob.
    "Ya. Jadi Maaf Kalau Suatu Hari Nanti Aku Tak Kembali. Kita Akan Tetap Berteman Selamanya. Jadi Jangan Sedih."
    "Ya Kita Teman Selamanya." kata Bob Dan Romi.
    "semoga Beruntung." Kata Romi.
    "Semoga Kau Mendapatkan Pedang Yang Kau Cari Itu." kata Bob.
    "Ya Terimakasih Kalian Berdua."
    ""ya"" kata Bob Dan Romi.
    "Untuk Paman Elo Dan Paman Morgan. Terimakasih Atas Bantuannya Ketika Berburu Di Hutan." 

    Paman Elo Adalah Ayah Bob Dan Paman Morgan Adalah Ayahnya Romi.

    "tak Masalah." kata Ayah Bob.
    "Tak Apa-apa. Tenang Saja." kata Ayah Romi.
    "bukankah Kalian Semua Ingin Membeli Sesuatu."
    "Benar." Jawab Romi
    "benar Juga." Kata Bob.
    "Kita Kelupaan." Kata Ayah Romi.
    "Kita Terlalu Asyik Mendengar Cerita." kata Ayah Bob.
    "Baiklah. Ayo Kita Pergi." kata Ibu Bob.
    "Terimakasih Sudah Berteman Dengan Anak Kami." kata Ibu Romi.
    "Tidak Masalah."
    "Dimanapun Dan Kapan pun Tetaplah Berteman Dengan Anak Kami." kata Ibu Bob.
    "Ya Tante."
    "Baiklah. Ayo Kita Pergi!?" Kata Ibu Romi.
    "Sampai Jumpa." kata Mereka Semua.

    Keluarga Bob Dan Romi Pergi Dan Di Layani Oleh Pelayan Toko. Dan Menuju Kedalam.

    'Guru Ve Lama Sekali. Dari Tadi Belum Kembali. Apa Yang Dilakukan Guru Ve Sebenarnya?'

    Ketika Aku Melihat Ke samping Kanan. Disana Ada Keluarga Bangsawan Itu Dan Melihatku.

    ‘Mungkinkah mereka mendengarkan pembicaraan ku dengan bob dan lainnya’

    Aku Bingung Harus Bagaimana. Apakah Aku Harus Tersenyum Atau Membiarkan Mereka. Aku Tak Tahu Harus Bagaimana.

    "Hei Rito. Aku Kembali."

    Orang Yang Memanggilku Adalah Guru Ve. Dia Kembali. Aku Selamat.
    "Guru Ve, kenapa Guru Ve Lama Sekali?"
    "Maaf Aku Harus Memilih Dengan Hati-Hati Dan Teliti. Bukannya Kamu Memberiku Pesan Untuk Teliti Dan Hati-hati Memilih Pakaian. Jadi Aku Memilih Nya Dengan Hati-Hati Dan Teliti Dari Jahitannya Dan Bahannya. Dari Sudut Ke sudut. Karena Itu Aku Sedikit Agak Lama. Maaf Ya!?"
    "Tak Apa. Guru Ve Datang Disaat waktu Yang Tepat."
    "Sungguh!?"
    "Iya."
    "Apakah Kamu Bari Sampai Disini?"
    "Tidak. Tetapi Kenapa Kamu Bilang Aku Datang Disaat Waktu Yang Tepat?"
    "Ya. Aku Tadi Berbicara Dengan Temanku. Sebelum Guru Ve Datang."
    "Sungguh! Apakah Benar Kamu Punya Teman?"
    "Punya. Memangnya Aku Tak Boleh Berteman."
    "Aku Pikir Kamu Tak Punya Teman. Aku Akan Sedih Bila Kamu Tak Punya Teman. Tetapi Aku Sekarang Senang Saat Kamu Bilang Punya Teman."
    "Benarkah!?"
    "Iya. Lain Kali Perkenalkan Temanmu Itu Padaku Ok!?"
    "Ya Guru Ve."

    Saat Aku Berbincang--bincang Dengan Guru Ve. Keluarga Bangsawan Itu Menetap Kami.

    "Halo Velince."

    Tiba-tiba Ada Suara Perempuan Memanggil Guru Ve. Kami Semua Melihat Kearah Datangnya Suara Itu.

    Perempuan Itu Kelihatan Sama Dengan Guru Ve. Aku Pikir Dia Umurnya Sama. Mungkin Dia Kenalan Guru Ve. Dia datang Dari Pintu Masuk.

    "Oh, kamu Marissa. Aku Pikir Siapa."
    "Ya. Memang Siapa Lagi?"
    "Aku Pikir Orang Lain."

    Marissa Hanya Tersenyum.

    "Kamu Tidak Berubah. Tetapi..."
    "Tapi Apa Marissa?"
    "Tetapi Kenapa Kau Tetap Masih Mudah. Seperti Masih Umur Belasan Tahun. Belum Menunjukkan 20 ke atas."
    "Bukankah Kamu Juga Sama Marissa. Kamu Tetap Kelihatan Masih Seperti Belasan Tahun Walaupun Umur Sudah Lebih."
    "Hahahaha. Kamu Bisa Bercanda Juga."
    "Aku Dengar Kalau Kamu Sudah Menikah!?"
    "Sudah menikah! Kamu Dengar Dari Mana."
    "Aku Dengar Dari Orang Tua Ku."
    "Sungguh!? Apakah Mereka Datang Pada Waktu Itu."
    "Tidak. Mereka Ada Acara Yang Sudah Terjadwal. Jadi Mereka Tak Kesana. Kamu Juga Menikah Saja Tiba-tiba Begitu. Aku Kan Belum Mempersiapkan Hadiahnya. Jadi Kami Tidak Bisa Kesana Dengan Tiba-tiba Tanpa Membawa Hadiah."
    "Sungguh!? Aku Bersyukur Kalau Kamu Dan Keluarga Mu Tidak Datang Kesana."
    "ehmmmm. Apakah Kamu Akan Malu Ketika Kami Datang Kesana?"
    "Tidak. Cuma Saja......"

    Guru Ve Tiba-tiba Menjadi Malu.

    "jangan Begitu. Ayolah Bukankah Kita Berteman Sejak Kecil!?"
    "Ya Aku Mengerti. Tapi Waktu Itu Membuat Kejadian Membuatku Malu Bila Kamu Dan Keluarga Mu Datang Pada Waktu."
    "Jangan Begitu. Baiklah Terserah Kamu."

    Marissa Melihat Guru Ve Yang Terasa Cemas.

    "Ya. Terimakasih."
    "Oh Ya. Dimana Suamimu. Bukankah Orang Sudah Menikah Akan Ditemani Suaminya."
    "Suami" Guru Ve Merasa Bingung. "Kamu Belum Dengar."
    "Mendengar Tentang Apa?"
    "Aku Tidak Jadi Menikah Pada Waktu Itu."
    "Sungguh!?"
    "Beneran. Pernikahan Itu Dibatalkan."
    "Kamu Tidak Bohong!?"
    "Mengapa Aku Berbohong Padamu?"
    "Sungguh! Kenapa Aku Belum Mendengarnya."
    "Apakah Keluarga Mu Sudah Mengetahuinya?"
    "Aku Tak Tahu."
    "Coba Kamu Tanya Dulu Sama Keluargamu!?"
    "Baiklah."

    Marissa Merasa Bingung Apa Yang Terjadi. Dia Belum Mendengar Apa Yang Terjadi Pada Waktu Itu.

    "Apakah Papa Dan Mama Sudah Mengetahui Tentang Apa Yang Terjadi Tentang Pernikahannya Velince Pada Waktu Itu."

    Aku Kaget Dia (Marissa) Bertanya Pada Keluarga Bangsawan Yang Tadi Terus Mengawasi Ku.

    "Oh. Paman Dan Tante Disini Juga. Aku hampir Tidak Mengenali Paman Dan Tante Disini."
    "Tak Apa Velince. Kita Tidak Bertemu Sudah Lama Semenjak Kamu Keluar Dari Sekolah Pada Waktu Itu." kata Mama Marissa.
    "Ya. Paman pikir Kami Siapa? Tetapi Ketika Marissa Memanggilmu. Paman Baru Tahu Kalau Itu Kamu Velince." kata Papa Marissa
    "ya. Sudah Lama Tak Bertemu Tante Dan Paman Membuat Ku Pangling." Kata Guru Ve
    "sungguh." kata Mama Marissa.
    "ya Tante. Tante Dan Paman Masih Terlihat Muda." kata Guru Ve.
    "Apkah Kamu Pikir Paman Dan Tante Sudah Tua Begitu?" Tanya Mama Marissa.
    "Apakah Kamu Pikir Tante Dan Paman Sudah Keriput." Tanya Papa Marissa.
    "Bukan Begitu Paman Dan Tante. Aku Pikir Paman Sama Tante . . . . .?" Kata Guru Ve Dengan Nada Rendah.
    "Berpikir Apa?" kata Papa Marissa.
    "Papa Dan Mama Tolong Jawab Pertanyaanku Dulu. Jangan Membuat Ku Menunggu Jawaban Tentang Masalah Ini. Ini Masalah Serius. Aku Belum Mengetahuinya Sama Sekali." Kata Marissa Dengan Nada Sedikit Nesu.
    "iya. Akan Papa Katakan!?" Kata Papa Marissa
    "jangan Marah Begitu. Senyum Dong!?" Kata Mama Marissa.
    "Iya Tapi Katakan Cepat. Kenapa Aku Tidak Mengetahui Tentang Masalah Ini Sebelumnya? Kenapa Mama Dan Papa Tidak Menceritakan Ini?" kata Marissa.
    "Baiklah." Kata Papa Marissa.

    Papa Dan Mama Nya Marissa Menceritakan Apa Yang Terjadi Pada Pernikahan Guru Ve.

    "sebenarnya Papa Dan Mama Mendengar Tentang Pernikahan Velince Gagal Setelah Satu Minggu Setelahnya." kata Mama Marissa.
    "apa? Jadi Mama Dan Papa Belum Mendengar Kejadian Itu Sebelumnya!?" Kata Marissa.
    "Ya. Papa Dan Mama Mendengar Setelah Papa Dan Mama Mendengar Dari Bangsawan Arientcy." kata Mama Marissa.
    "Sungguh. Apakah Bangsawan Arientcy Melihatnya Secara Langsung Atau Hanya Mendengarnya Secara Langsung?" Kata Marissa.
    "Ya. Datang langsung. Benarkan Pa!?" Tanya Mama Marissa.
    "Ya Benar. Bangsawan Arientcy Saat Itu Datang Menghadiri Kesana Secara Langsung." kata Papa Marissa.
    "Sungguh!?" Tanya Marissa.
    "Iya. Bangsawan Arientcy Bahkan Melihat Dengan Mata Mereka Sendiri. Jadi Mereka Mengetahui Apa Yang Terjadi Pada Waktu Itu." jawab Mama Marissa.
    "Kalau Mama Dan Papa Sudah Mengetahui Ceritanya. Tolong Kasih Tahu Semua Yang Bangsawan Arientcy Ceritakan Pada Mama Dan Papa!? " Tanya Marissa.
    "baiklah! Baiklah! Sekarang Mama Dan Papa Ceritakan. Kata Tuan Dan Nyonya Arientcy Cerita

    'Pada Waktu Itu Kami Berada Di Rumah Bangsawan Vimoust. Kami Pergi Ke Pernikahan Bangsawan Vimoust Karena Kami Di Udang Secara Langsung Oleh Tuan Vimoust Dan Juga Kami Tak Bisa Menolaknya. Sebab Tuan Vimoust Dan Orang Tua Kami Sangat Dekat Dan Juga Tuan Vimoust Sudah Banyak Membantu Dalam Masalah Orang Tua Kami. Jadi Kami Datang Ke Tempat Vimoust. 
    Disana Kami Bertemu Banyak Bangsawan Yang Datang Dari Penjuru Dunia. Kami Saling Berbincang-bincang. Acara Pernikahan Dilaksanakan Malam Tepat Setelah Sehari Undangan Itu Dikirim.
    Acara Pertama Tuan Vimoust Mengatakan Sebab Pernikahan Sangat Cepat Karena Si Mempelai Perempuan Tidak Punya Waktu. Oleh Karena Itu Tuan Vimoust Mempercepat Pernikahan Tuan Vimoust Dan Mempelai Perempuan. Tuan Vimoust Berkata Waktu Itu Mempelai Perempuannya Belum Datang.
    Acara Kedua Pertunjukkan Ilmu Bela Diri Dari Keluarga Vimoust. Acara Adu Pertarungan Yang Ingin Bertarung atau ingin memperlihatkan kekuatan mereka.
    Acara Ketiga Tuan Vimoust Memperkenalkan Semua Istrinya.
    Acara Keempat Tuan Vimoust Memperkenalkan Calon Mempelai Perempuannya. Kami Tak Tahu Siapa Mempelai Perempuannya Tetapi Aku Mengenal Nama Keluarga Mempelai Perempuannya. Kami Semua Kaget Saat Mendengar Nama Dari Keluarga Bangsawan Dari Mempelai Perempuan.'

    Mama Dan Papa Kaget Juga Saat Bangsawan Arientcy Mengatakan Kalau Mempelai Perempuan Itu Dari Keluarga Bangsawan Leyenca. Mama Dan Papa Teringat Kalau Teman Marissa Yang Pernah Datang Ke rumah Ada Yang Dari Keluarga Leyenca." Kata Papa Marissa.
    "Iya Papa Dan Mama Teringat Satu Teman mu Yang Bernama Velince Leyenca." kata Mama Marissa.
    "Sungguh!?" Tanya Marissa.
    "Iya. Lalu Mereka Menceritakan. Mempelai Perempuan Itu Bernama Velince Leyenca. Kami Semua Kaget." kata Mama Marissa.
    "Benar. Mama Dan Papa Tak Percaya Kalau Velince Dari Keluarga Leyenca. Bahkan Menikah Mendadak Pula." kata Papa Marissa.
    "Sungguh!? Kata Marissa.

    Marissa Lalu Melihat Guru Ve Dan Bertanya Lagi.

    "Terus Kelanjutannya Ma!? Pa!?" Tanya Marissa.
    "Terus Bangsawan Arientcy Berkata.

    'Aku Tak Menyangka Kalau Bangsawan Leyenca Mempunyai Anak Perempuan, sudah Besar Pula. Kami Berpikir Kalau Mereka Tak Punya Anak Perempuan. Yang Kami Ketahui Kalau Mereka Hanya Mempunyai Anak Laki-laki Saja.
    Tuan Vimoust Juga Berkata Kalau Tuan Vimoust Melarang Bangsawan Leyenca Datang Di Pernikahannya. Jadi Saat Pernikahan Itu Bangsawan Dari Keluarga Leyenca Tak Datang Sama Sekali Bahkan Dilarang Memasuki Daerah Kekuasaan Tuan Vimoust---' " Kata Papa Marissa.
    "Kenapa Dilarang Pa?" tanya Marissa.
    "Aduh Sayang. Papa Belum Selesai Menceritakan Semuanya. Jangan Di Potong Ceritanya Ok. Dengarkan Sampai Selesai. Jika Sayang Memotong Ceritanya papa Akan Menjadi Pertanyaan Buat Mu Kan?" kata Mama Marissa.
    "Iya Maaf Ma!? Papa Tolong Lanjutkan Ceritanya!?" Kata Marissa.
    "Baiklah. Kata Tuan Arientcy Menjelaskan.

    'Tuan Vimoust Melarang Karena Penyebabnya Anak Perempuannya Yang Menolak Didepannya. Dan Dalam Perjanjian Yang Dilakukan Oleh Keluarga Bangsawan Leyenca Dan Tuan Vimoust. Tapi Aku Tidak Mendengarnya Secara Rinci Hanya Desas-desusnya Saja. Banyak Bangsawan Mendengar Masalah Itu. Tapi Semuanya Hanya Sepenggal-sepenggal Saja Tidak Secara Utuh Ceritanya.'

    Itu Yang Kami Dengar Dari Keluarga Arientcy. Lalu Tuan Menceritakan Kelanjutannya. Saat Menghadiri Cerita Itu.

    'Saat Acara Pernikahan Tuan Vimoust. Di Tengah Pernikahan Tuan Vimoust Ada Seorang Anak Kecil Kira-kira 4-6 tahun Datang Dengan Tiba-tiba Mencoba Menghentikan Pernikahan Itu. Lalu Tuan Vimoust Geram Dengan Anak Kecil Yang Bilang "Aku Menolak Pernikahan Ini. Aku Akan Menyelamatkan Guru Ku. Dia Milikku. Aku Takkan Menyerahkan Guru Ku" Anak Kecil Itu Bilang Begitu. Lalu Tuan Vimoust Memerintahkan Pelayannya. Penjaganya Menyerang Anak kecil Itu Dengan Tombak Mereka. Anak Kecil Itu Menangkis Dengan Dua Pedang Kayu Yang Dia Bawa. Pelayan Terus Mencoba Menusuk Dan Memukul Dengan Tombak Mereka. Entah Aneh Nya Mereka Tidak Bisa Mengenai Anak Kecil Itu Bahkan Tak Melukai Anak Kecil Segores Sedikit Pun. Lalu Tuan Vimoust Menghentikan Pelayannya Dan Mencoba Melawannya Secara Langsung. Tetapi Tuan Vimoust Di Hentikan Kelima Penjaganya. Lalu Penjaga Itu Menyerang Dengan Bertubi-tubi. Anak Kecil Itu Terluka Hingga Pingsan. Tuan Vimoust Tertawa Dengan Kencang Sampai Menggema Di ruangan. Kami Saat Disana Tak Tahu Apa Yang Kami Harus Lakukan. Akhirnya Kami Hanya Menonton Dan Diam Saja--' " kata Papa Marissa.
    "Bentar Dulu Pa!? Ma!?" Marissa Mencoba Menyela.
    "Apa Lagi Marissa?" Tanya Papa Marissa.
    "Iya. Kenapa Kamu Memotong Ceritanya?" tanya Mama Marissa.
    "Guru!? Anak Kecil Itu Bilang Guru Kan!?" Tanya Marissa.
    "Iya. Memangnya Kenapa?" kata Mama Marissa.
    "Kalau Anak Kecil Itu Bilang Akan Menyelamatkan Guru. Mungkinkah Velince Mempunyai Seorang Murid!" tanya Marissa Yang Kebingungan, lalu Menoleh Ke Guru Ve.
    "Mama Tak Mengetahui Tentang Itu!?" Kata Mama Marissa.
    "Papa Juga Tak Mengetahuinya. Kenapa Aku Juga Tak Memikirkan Tentang Itu Ya!?" Kata Papa Marissa.

    Lalu Marissa Menoleh Dan Bertanya Pada Guru Ve.

    "Apakah Kamu Mempunyai Seorang Murid?" tanya Marissa.
    "Aku Mempunyainya." jawab Guru Ve.
    "Benarkah. Sungguh. Dimana Sekarang Dia?" tanya Marissa.

    Guru Ve Melirik Ku. Tetapi Marissa Masih Bingung.

    "Dia Ada Di Dekatku. Tetapi Aku Takkan Memberitahumu Sekarang. Mungkin Lain Waktu." jawab Guru Ve Dengan Menyembunyikan Sesuatu.
    "Kasih Tahu Aku. Bukankah Kita Berteman!?" Tanya Marissa.
    "Iya Kita Berteman. Tapi Aku Tidak Ingin Kamu Jatuh Cinta Padanya." kata Guru Ve.
    "Aku Pikir Itu Tidak Mungkin. Dia Kan Masih Kecil. Tak Mungkin Aku Menikah Dengan Anak Kecil Itu." kata Marissa.
    "Benarkah!?" Tanya Guru Ve.
    "Benar. Kasih Tahu Aku." kata Marissa.
    "Aku Rasa Untuk Sekarang Tidak." kata Guru Ve.
    "Kamu Pelit Ve." kata Marissa.
    "Biarin." Jawab Guru Ve.
    "Kok Malah Berdebat!?" Kata Mama Marissa.
    "Ya. Teman Seharusnya Tidak Berdebat Oke." kata Papa Marissa.
    "Maafkan Kami!" jawab Guru Ve Dan Marissa.
    "Nah Begitu. Apa Boleh Papa Melanjutkannya?" Tanya Papa Marissa.
    "Baik Pa. Tolong Lanjutkan Ceritanya Lagi!?" Jawab Marissa.

    Papa Marissa Melanjutkan Cerita Yang Dipotong Oleh Marissa.

    " 'Ketika Anak Kecil Itu Pingsan Tak Sadarkan Diri. Penjaga Tuan Vimoust Terus Menghajar Anak Kecil Itu. Tetapi Selang Beberapa Menit. Muncul Bentuk Aneh Yang Bercahaya Di Punggung Telapak Tangannya Dan Kemudian Anak Kecil Itu Bangun Dan Menahan Kelima Penjaganya. Banyak Bangsawan Disana Kaget Dan Merasa Begitu Aneh. “Apa Yang Terjadi Barusan?” Tuan Vimoust Paling Terkejut. Kenapa Anak Kecil Yang Sudah Pingsan Kenapa Bisa Bangkit Lagi. Lalu Penjaga Tuan Vimoust Mencoba Melawan Tetapi Tidak Bisa Melukai Bahkan Tak Menyentuh Anak Kecil Itu. Seperti Ada Penghalang Di Sekeliling Anak Kecil Itu. Lalu Penjaga Itu Di Hentikan Tuan Vimoust. Tuan Vimoust Ingin Menghajar Anak Kecil Itu. Tun Vimoust Mengucapkan Jurus Tertinggi Yang Tuan Vimoust Miliki Lalu Menyerang Anak Kecil Itu. Api Tuan Vimoust Mengelilingi Dan Membakar Anak Kecil Itu. Tuan Vimoust Tertawa Dengan Bangga Karena Telah Membunuh Anak Kecil Itu. Tetapi Tuan Vimoust Berhenti Dengan Tiba-tiba Ketika Melihat Api Yang Membakar Anak Kecil Itu. Api Yang Dikeluarkan Olek Tuan Vimoust Perlahan-lahan Menyatu Ditangan Dan Terlihat Menyelimuti Kedua Pedang Kayunya. Ketika Kami Melihat Api Itu Menghanguskan Pedang Kayu Yang Dikanannya Tetapi Pedang Kayu Yang Satunya Tidak Terbakar Tetapi Malah Sebaliknya. Pedang Kayu Itu Terselimuti Api Dari Tuan Vimoust.
    Anak Kecil Itu Bilang "aku Akan Menyelamatkan Guru Apa pun Yang Terjadi Bahkan Aku Harus Menyerahkan Nyawaku Demi Guru" Tuan Vimoust Berserta Penjaga Dan Pelayan Nya Mencoba Menyerangnya, tetapi Api Itu Akan Melindungi Anak Kecil Seperti Pelindungnya. Bentuk Itu Seperti Angin Topan Kecil Yang Berputar-putar Mengelilingi Anak Kecil Itu. Lalu Anak Kecil Itu Maju Ke depan Menyelamatkan Guru Nya Secara Perlahan-lahan Dengan Penuh Luka. Gurunya Menangis. Tetapi Dia Tak Bisa Melepaskan Diri. Karena Dia Di Pegang Oleh 3 pelayan Perempuan Tuan Vimoust. Anak Kecil Terus Maju Dan Mendekati Guru Nya. Tuan Vimoust Dan Penjaganya Terus Menyerangnya. Tetapi Tak Berguna. Lalu Anak Kecil Bilang "Lepaskan Guru Ku Atau Kalian Akan Merasakan Sesuatu Yang Menyakitkan" Pelayan Itu Mencoba Melepaskannya Tetapi Dihentikan Oleh Tuan Vimoust. Dan Kemudian Anak Kecil Itu Mengatakan Lagi "Lepaskan Guru Sekarang Atau Api Ini Akan Melukai Kalian" Tetapi Pelayan Itu. Tak Melepaskan Gurunya. Anak Kecil Itu Mengatakan Lagi "Baiklah!? Guru Tolong Tahan Api Ini Sebentar. Aku Akan Mencoba Mengontrol Nya." lalu Anak Kecil Itu Maju Secara Perlahan Setelah Mendengar Jawaban Gurunya.
    Ketiga Pelayan Tuan Vimoust Tak Bisa Menahan Api Itu Dan Melepaskan Gurunya. Gurunya Masuk Kedalam. Lalu Anak Kecil Itu Mengatakan Kepada Semuanya "Bagi Orang Tak Ingin Terluka, Cepat Keluar Dari Sini. Atau Kalian Akan Merasakannya!?" Kami Semua Ketakutan Dan Keluar Hanya Ada Penjaga Dan Pelayannya Tuan Vimoust Saja Di Dalam. Ketika Orang Terakhir Keluar Dari Pintu Gerbang Dan Ketika Pintu Gerbang Ditutup Dengan Rapat. "BOOM BOOM BOOM" Suara Ledakan Dengan Kencang. Rumah Dari Keluarga Bangsawan Tuan Vimoust Hancur Lebur Tak Tersisa. Api Membakar Semuanya. Kami Tak Tahu Apa Yang Terjadi Selanjutnya. 
    Setelah Api Padam Kami Mencari Orang Yang Masih Hidup. Tetapi Tak Ada Orang Yang Berbentuk Alias Semunya Hangus Terbakar Menjadi Abu. Semenjak Kejadian Itu. Banyak Bangsawan Yang Mencari Anak Kecil Itu. Kemungkinan Besar Masih Hidup. Banyak Bangsawan Yang Ingin Menjadikan Dia Anak Angkatnya Atau Menjadikan Tunangan Anaknya. Tetapi Sampai Satu Minggu Kami Tak Mendengar Atau Mendapatkan Jejak Dari Anak Kecil Itu.'
    Itu Yang Dikatakan Tuan Arientcy Kepada Mama Dan Papa." kata Papa Marissa.
    "Benarkah!?" Tanya Marissa
    "Iya. Mereka Bahkan Menceritakan Waktu Itu Dengan Gugup Dan Takutnya." Jawab Mama Marissa.

    Marissa Melihat Guru Ve.

    "Muridmu Sungguh Hebat. Kenalkan Pada Ku!?" Tanya Marissa.
    "Aku Sudah Bilang Tidak." jawab Guru Ve.
    "Sungguh Pelit." Kata Marissa.

    Semua Tertawa.

    "Apakah Muridmu Dari Keluarga Bangsawan?" Tanya Marissa.
    "Aku Pikir Tidak." jawab Guru Ve.
    "Sungguh. Mungkinkah Dari Rakyat Jelata!?" Tanya Marissa.
    "Aku Tak Tahu." Jawab Guru Ve.
    "Jawab Yang Benar." Kata Marissa.
    "Aku Tak Tahu Dia Dari Bangsawan Atau Pun Dari Rakyat Jelata. Aku Cuma Melatih Dan Merawatnya Karena Dia Sendirian." Kata Guru Ve.
    "Mungkinkah Dia Di Buang!?" Tanya Marissa.
    "Aku Pikir Begitu." jawab Guru Ve.
    "Velince Kamu Punya Murid Yang Hebat!?" Kata Papa Marissa.
    "Iya. Bahkan Menyerahkan Nyawanya Demi Menyelamatkan Mu. Tante Jadi Iri." Canda Mama Marissa.
    "Papa Akan Melindungi Mama!?" Kata Papa Marissa.
    "Sungguh!?" Tanya Mama Marissa.
    "Iya. Papa Akan Melindungi Mama Apa pun Dan Dari Siapa pun. Bahkan Harus Berjalan Beribu-ribu Tahun Papa Akan Terus Menyelamatkan Mama." Kata Papa Mariss.
    "Aku Sayang Papa." kata Mama Marissa.
    "Aku Juga Sayang Mama." Kata Papa Marissa.
    "Ehmmm. Ma! Pa! Bisakah Tidak Melakukan itu Diluar." kata Marissa.
    ""Baikalah"" kata Papa Dan Mama Marissa.
    "Maaf Ya Velince Dengan Mama Dan Papa Ku. Mereka Melakukan Di Depan Mu." Kata Marissa.
    "Tak Masalah." jawab Guru Ve.

    Mereka Semua Tersenyum Dan Tertawa.

    Aku Pergi Ke kasir Dan Membayar Tas Dan Pakaian Guru Ve.

    Mereka Masih Berbincang-bincang.

    "Berapa Total Semuanya?"
    "Semuanya 545O Miura." kata Pelayan Kasir.
    "Baiklah."

    Aku Menyerahkan 54 koin Perak dan 50 koin perunggu Miura.

    "terima Kasih." Ucap Pelayan Kasir.
    "Ya Sama-sama."

    Aku Memasukkan Pakaian Di Dalam Tas Dan Mendekati Guru Ve.

    "Oh Ya Velince Kamu Membeli Apa Di Toko Ini." tanya Marissa.
    "Aku Membeli Pakaian Dan Tas." jawab Guru Ve.
    "benarkah! Aku Dan Keluarga Ku Juga Ingin Membeli Pakaian. Apa Kamu Sudah Membeli Pakaian Velince?" Tanya Marissa.
    "Sudah. Baru Saja Aku Membawa Dan Hanya Membayar Saja." Kata Guru Ve.
    "Wah! Aku Terlambat. Mama Dan Lainnya Juga Sudah Membeli Pakaian." Kata Marissa.
    "Aku Terlambat Karena Perintah Kakek. Aku Ingin Menolaknya Tapi Tak Bisa. Jadi Aku Melakukannya." kata Marissa.
    "Maafkan Kami. Kami Tak Bisa Membantu Mu." Kata Papa Marissa.
    "Mama Juga Tak Bisa Membantu Mu." Kata Mama Marissa Dengan Nada Sedih.
    "Memang Nya Ada Apa Kok Paman Dan Tante Begitu?" tanya Guru Ve.

    Seorang Laki-laki Cukup Tua, umurnya Kira-kira Diatas Guru Ve Dan Kurang Dari Umur 30 tahun. Laki-laki Itu Berkata.

    "Aku Dan Marissa Sudah Bertunangan. Kakek Kami Sudah Saling Mengenal Jadi Kami Di Jodohkan."

    Guru Ve Kaget Dengan Perkataan Laki-laki Yang Baru Datang Dari Pintu Masuk Dan Langsung Merangkul Marissa.

    "Benarkah?" Tanya guru Ve.

    Tetapi Marissa Hanya Diam Saja. Guru Ve Melihat Orang Tua Marissa Terdiam Saja.

    "Benar." sahut Laki-laki Yang Merangkul Marissa.

    Guru Ve Terdiam. Guru Ve Tahu Apa Yang Terjadi Pada Marissa. Bagaimanapun Juga Guru Ve Pernah Mengalami Saat Dijodohkan.

    Aku Datang Menghampiri Guru Ve. 

    "Guru Ve! Ini Tas Dan pakaian Guru Ve Ada Didalam." 
    "Terima Kasih."
    "Iya Sama-sama. Ayo Kita Pergi Ketempat Toko Lain. Kita Belum Membeli Barang Yang Kita Butuhkan. Sudah Tengah Hari. Kalau Terlalu Lama Disini. Besok Takkan Jadi Berangkat." 
    "Oh Ya Benar Juga. Kita Sudah Terlalu Lama Disini."

    Marissa Dan Keluarga Marissa Bingung Apa Yang Terjadi.

    "Velince Siapa Anak Kecil Ini?" tanya Marissa.
    "Iya Siapa Dia?" tanya Mama Dan Papa Marissa.
    "Dia Itu---"

    Ketik Guru Ve Ingin Menjelaskan Laki-laki Itu Menyela.

    "Siapa Anak Kecil Ini. Anak Gembel. Kau Hanya Minta-minta Saja Kan Disini. Lebih Baik Kau Pergi. Merusak Pemandangan Saja. Pergi Sana.” Kata Laki-laki Itu.

    Guru Ve Menjadi Marah.

    "Ja---"

    Ketika Guru Ve Akan Mengatakan Sesuatu. Aku Memegang Tangan Guru Ve Dan Menghentikannya.

    "Ayo kita Pergi Guru Ve. Kalau Terlalu Lama Berbicara Disini Makin Lama. Kita Nanti Tak Jadi Berangkat."

    Guru Ve Mengangguk

    "Iya."

    Kami Pergi Dan Guru Ve Memberi Salam Kepada Marissa Dan Orang Tua Marissa.

    "Marissa, paman Dan Tante. Kami Pergi Dulu." kata Guru Ve.
    "Jangan Pergi Dulu. Kita Belum Bertemu Sudah Lama. Bisa Kan Disini Sedikit Lama." kata Marissa.
    "Biarkan Saja Velince Pergi. Besok Kan Bisa Bicara." kata Mama Marissa.
    "Iya. Kan Ada Lain Waktu Untuk Berbicara." kata Papa Marissa.
    "Baiklah Pa! Ma! Bisakah Kita Bicara Besok." kata Marissa.
    "Kurasa Besok Tak Bisa. Mungkin Lain Waktu." jawab Guru Ve.
    "Baiklah. Sampai Jumpa Lagi." kata Marissa.
    "Iya Sampai Jumpa Lagi Marissa." Kata Guru Ve.

    Guru Ve Dan Keluarga Marissa Saling Melambaikan Tangan. Ketika Aku Mencoba Melangkahkan Kaki. Laki-laki Itu Menghentikan ku.

    "berhenti Kau Anak Kecil." 
    "Hmmm. Ada Apa Tuan?"
    "Kelihatannya Aku Pernah Melihat Mu!?"
    "Mungkin Tuan Salah Melihat. Saya Hanya Rakyat Kecil Tak Mungkin Orang Seperti Tuan Mengenal Saya."

    Laki-laki Itu Terdiam Dan Memandangiku. Lalu Laki-laki Itu Memanggil Pengawalnya. Dan Melepas Pelukannya Pada Marissa.

    "Tuan Muda Memanggil Saya!?" Kata Pengawal Itu.
    "Iya. Kamu tahu Tidak Anak Kecil Itu. Apakah Aku Pernah Melihatnya Atau Belum?" Kata Laki-laki Itu 
    "Baik Tuan Muda Saya Akan Melihat Anak Kecil Itu Dan Mengingatnya." kata Pengawal Itu.
    "Lakukan. Aku Pikir Aku Pernah Melihatnya. Jadi Kamu Harus Mengingatnya Dengan Benar." kata Laki-laki Itu.
    "Baik Tuan Saya Akan Laksanakan." Kata Pengawal Itu.

    Pengawal Itu Melihatku Dengan Teliti. Dari Atas Ke bawah. Dari Kiri Ke Kanan.

    Guru Ve Dan Lainnya Yang Melihat Bertanya-tanya Apa Yang Sebenarnya Terjadi.

    "Tuan Kelihatannya Saya Juga Pernah Melihatnya. Tapi Entah Dimana." kata Pengawal Itu.
    "Benarkah! Coba Ingat Itu Dimana" Kata Laki-laki Itu.
    "Baiklah Tuan. Saya Akan Mengingatnya." Kata Pengawal Itu.

    Pengawal Itu Mencoba Mengingat-ingat Kejadian Itu.

    Guru Ve Menatap Aku Dengan Muka Bertanya-tanya. Tapi Aku Tak Bisa Bicara. Karena Ada Seorang Laki-laki Dan Pengawalnya Didepan Ku Dan Menatapku.

    Ada Saudagar Datang Masuk Ke Toko Pakaian. Ketika Masuk Dia Melihat Keramaian Tempatnya Tempat Ku Berada Dan Mendekat Untuk Melihat.

    "Tuan Muda Marvel Kirous Selamat Siang Dan Juga Pengawalnya Iruka Dari Bangsawan Meruka Selamat Siang." kata Saudagar Itu.

    'Bukankah Itu Saudagar Waktu Itu. Dia Ada Disini.'

    "Oh Saudagar Kano. Apa Anda Sedang Berbisnis Di Toko Ini." kata Marvel.
    "Iya Tuan Muda Atau Mungkin Lebih Baik Pangeran" Kata Kano Sang Saudagar.
    "Iya saya Seorang Pangeran Kalau Di Panggil Tuan Muda Tidak Mungkin Hanya Pengawal Yang saya Izin Kan Yang Memanggilku Tuan Muda." kata Marvel.
    "Baik Pangeran Marvel. Apakah Pangeran Marvel Sedang Ada Bisnis Disini?" Kata Kano.
    "Tidak. Hanya Menemani Seorang Calon Istri saya Saja." Kata Marvel.
    "Calon Istri." kata  Kano.
    "Iya. Tapi Jangan Katakan Ke orang Lain Dulu. Papa Belum Mengumumkan Pertunangan Ini. Jadi Tunggu Sampai Kami Mengumumkan." Kata Marvel.
    "baik Pangeran Marvel. Saya Tidak Akan Melanggar Kata-kata Pangeran Marvel." kata Kano.
    "Iya. Anda Juga Tahu Sendiri Kalau Akan Melakukan Itu Kan." Kata Marvel.
    "Iya Pangeran Marvel." kata Kano.
    "Baik. Saya Pegang Ucapan Anda Saudagar Kano." kata Marvel.
    "Terima Kasih Pangeran Marvel." Kata Kano.
    "Iya." Jawab Marvel.
    "Kalau Begitu Saya Pamit Undur Dulu Pangeran Marvel Dan Tuan Muda Iruka." kata Kano.
    "Iya." Kata Marvel
    "semoga Bisnis Anda Lancar Tuan Saudagar Kano." kata Iruka.
    "Terimakasih Banyak." kata Kano Sambil Memberi Hormat.

    Kano Memberi Hormat Kepada Semua Orang Yang Ada Disini. Ketika Kano Melihat Ku.

    "Maafkan Saya. Kalau Tidak Salah Apakah Anda Laki-laki Yang Waktu Itu?" Tanya Kano Kepadaku.

    Aku Melihat Mereka Dengan Kaget. Ketika Aku Ingin Menjawab. Marvel Menyelanya.

    "Saudagar Kano. Apakah Anda Pernah Melihat Dia?" Tanya Marvel.
    "Iya Pangeran Marvel Dia Itu---" 
    "Hei Ritoooo."

    Sebelum Saudagar Itu Menjelaskan Ada Suara Laki-laki Yang Datang Memanggil Namaku.

    Aku Menengok Langsung. Dan Melihat Suara Itu Tertuju. Mereka 5 orang Datang Menuju Kemari.

    "Hei Rito Kau Disini. Apa Kau Membeli Pakaian? Gag Mungkin Rakyat Jelata Seperti Mu Takkan Bisa Membeli Pakaian Disini. Pakaian Yang Kau Beli Cuma Pakaian Bekas Saja. Kalau Beli Baru Paling Tidak Cuma Beli Pasar Luak Saja. Hahahaha."

    Semua Orang Yang Bersamanya Tertawa Mendengar Perkataannya.

    "Tuan Muda Kelint Benar. Saya Tidak Akan Bisa Membeli Barang Disini. Saya Hanya Membeli Barang Dan Toko Kain bekas Saja. Baju Yang Saya Pakai Saja Cuma Barang Bekas. Jadi Aku Pikir Kata-kata Tuan Muda Kelint Memang Benar."

    Kelint Dan Ke 4 temannya Tertawa. 

    "Hahahaha. Kalau Memang Benar. Pasti Kau Kesini Cuma Mengemis Uang Atau Cuma Minta Harga Miring Pada Toko Disini! Hahahaha."

    Mereka Tertawa Lagi.

    "Aku Pikir Perkataan Tuan Kelint Benar. Jadi Saya Tidak Bisa Membantah Perkataan Tuan Kelint."

    Guru Ve Marah Apa Yang Terjadi. Dan Yang Lainnya Disini Kebingungan.

    Kelint Putra Ke Dua Dari Bangsawan Melpist Yang Mengusai Di Tengah Kota Tepatnya Di sekitar Toko Ini Dalam Kerajaan Ini. Dan Marvel Kirous Adalah Putra Kedua Dari Kerajaan Kirous Dari Raja Kirous Kelima.

    "Pelayan Kemari." 

    Kelint Memanggil Pelayan Laki-laki Yang Melayaniku Tadi.

    "Iya Tuan Muda Kelint Melpist. Bisa Saya Bantu!?" Kata Pelayan Itu.
    "Ambilkan Pakaian Yang Paling Bagus Untukku." kata Kelint.
    "Baik Tuan Muda Kelint Melpist. Tolong Tunggu Sebentar." Kata Pelayan Itu.
    "Ok. Bawa Cepat Kemari." Kata Kelint.
    "Baiklah Tuan Kelint Melpist." kata Pelayan Itu.

    Pelayan Itu Pergi Dan Mencari Pakaian Yang Di Perintah Kelint.

    "Hhaha. Berterima Kasih Lah Dengan Ku. Akan Ku Berikan Baju Paling Bagus Di Toko Ini. Hahhhhahh."
    "Terimakasih Banyak Tuan Muda Kelint."

    Pelayan Itu Datang Dan Membawa Beberapa Pakaian.

    "Tuan Muda Kelint Melpist. Ini Pakaian Yang Tuan Muda Kelint Melpist Pesan Tadi." Kata Pelayan Itu.
    "Ok. Berikan Beberapa Pakaian Pada Bocah Itu."

    Kelint Menunjuk Kepadaku.

    "baik Tuan Muda Kelint Melpist." Kata Pelayan Itu.

    Ketika Pelayan Itu Melihat Ku.

    "Oh Tuan Yang Membeli Pakaian Dan Tas Tadi. Terimakasih Sudah Membeli Pakaian Dan Tasnya." Kata Pelayan Itu.
    "Iya Sama-sama."

    Kelint Dan Keempat Temannya, Marvel Dan Pengawalnya Bahkan Marissa Dan Keluarganya Kaget Mendengarnya.

    "Kau Berani Menghinaku Ya." kata Kelint.
    "Maaf Tuan Muda Kelint. Saya Tidak Mencoba Menghina Tuan Muda Kelint."
    "Beraninya Kau. Aku Akan Menghajarmu." kata Kelint.

    Kelint Dan Keempat Temannya Mencoba Membuat Kuda-kuda. Lalu Salah Satu Pelayan Datang Dan Memanggil Seorang Penjaga.

    Datang Seorang Penjaga Dan Dua Orang Pria Paruh Baya Kedalam Toko.

    "tunggu Kelint Jangan Berkelahi Disini." Teriak Salah Satu Pria Paruh Baya Itu.
    "Papa Bahkan Master Disini. Hormat Saya."

    Kelint Kaget Melihat Mereka Dan Membuat Hormat Kepada Mereka Berdua. Bahkan Keempat Temannya Juga Ikut Hormat.

    Paruh Baya Itu. Papa Kelint Dan Master Bisa Dibilang Guru Kelint.

    "Apa Kau Mencoba Menghancurkan Toko Ini? Apa Kamu Mencoba Menghancurkan Keuangan Keluarga Kita?" Kata Papa Kelint.
    "Bukan Itu Pa Tapi Aku Hanya Ingin." kata Kelint.
    "Tidak Kata Tapi-tapian. Kau Ingin Membuat Papa Malu Ya." Kata Papa Kelint.
    "Tidak Pa! Aku Takkan Mengulanginya Lagi." kata Kelint.

    Lalu Papa Nya Kelint Melihat Kepadaku.

    "Maafkan Atas Kelakuan Putra. Saya Albert Melpist. Saya Pemimpin Dari Keluarga Melpist. Panggil Saya Albert." Kata Tuan Albert.
    "Iya Tuan Besar Albert. Saya Rito. Saya Tinggal Di Tepi Kota Ini."
    "Rito. Sepertinya Saya Pernah Dengar Nama Rito." kata Tuan Albert.
    "Tuan Bukankah Dia Anak Kecil Yang Sudah Menyelamatkan Desa Meijyu Yang Di Kerajaan Kirous. Aku Pikir Dua Bulan Yang Lalu." Kata Master Kelint.

    Semua Orang Terkejut Kecuali Guru Ve.

    "Apakah Itu Benar Master." Tanya Kelint.
    "Iya Benar. Dia Anak Kecil Yang Telah Menyelamatkan Sebuah Desa Dari Serang Sapi Deghe Yang Sangat Ganas. Bahkan Para Penjaga Tak Bisa Menghentikan. Yang setingkat Sama Dengan Ku. Aku Pikir Aku Takkan Bisa Mengalahkannya." kata Master Kelint.
    "Iya. Itu Monster Yang Sulit Di Takluk Kan Bahkan Pihak Kerajaan Harus Memanggil Kesatria Dari Keluarga Bangsawan. Tapi Semua Berakhir Luka-luka Dan Gagal." kata Tuan Besar Albert.
    "Sungguh!?" Tanya Kelint.
    "Banyak Bangsawan Dan Kerajaan Memburu Sapi Deghe Itu. Bahkan Daging Sangat Lezat Di Makan. Bahkan Tulangnya Bisa Digunakan Untuk Obat. Banyak Apotik Mencari Tulang Dan Mata Sapi Deghe Itu." kata Master Kelint.
    "Ya. Ketika Sali Deghe Yang Menyerang Itu. Dikalahkan Banyak Orang Berbondong-Bondong Ingin Mengambilnya Lalu Pihak Kerajaan Kirous. Lalu Pihak Kerajaan Kirous Mengambil Bangkai Sapi Deghe Dan Mengambil Keuntungannya." Kata Tuan Besar Albert.
    "Sungguh!? Berapa Harga Sapi Deghe Itu Semuanya?" tanya Kelint.
    "Dagingnya Saja 1 kg Seharga 5 Koin emas putih, dua Mata Nya 2 Koin emas putih, Tulangnya 1 Kg Seharga 7 Koin emas putih, otaknya Seharga 10 koin Emas putih, Dan Bagian Isi Seperti Organ Dalam Semuanya Seharga 25 koin Emas putih. Jika Dijual Semuanya Orang Tersebut Akan Jadi Sangat Kaya." kata Master Kelint.
    "Sungguh. Jadi Kerajaan Kirous Mendapatkan Untung Banyak." kata Kelint.
    "Aku Pikir Begitu. Papa Tak Tahu Detail Semua Harga Yang Mereka Dapatkan." kata Tuan Besar Albert.

    Mereka Semua Melihat Ku Bahkan Guru Ku Kaget Apa Yang Dengar Dari Mereka.

    "Kamu Anak Kecil Waktu Itu Yang Waktu Itu Ya!?" Tanya Tuan Besar Albert.

    Ketika Aku Ingin Menjawab, Temanku Romi Dan Bob Datang Dengan Keluarga Mereka.

    "Rito Kau Masih Disini!?" Tanya Romi.
    "Iya."
    "Aku Pikir Kau Sudah Pergi." kata Bob.
    "Belum. Masih Berbincang-bincang Dengan Mereka."
    "Begitu Ya. Aku Pikir Kau Akan Cepat-cepat Pergi. Bukannya Kau Bilang Besok Akan Pergi Ke Tempat Pedang Itu." tanya Bob.
    "Ya Rencananya Begitu Tetapi Terhenti Disini."
    "Begitu Ya." Kata Bob.
    "pedang Apa Yang Kalian Maksud Itu." Tanya Tuan Besar Albert.

    Bob Dan Romi Kaget Berserta Keluarganya. Saat Melihat Orang Yang Berbicara Dengan Mereka.

    "Ya Tuan Tanah. Rito Berkata Kalau Besok Akan Pergi Mencari Pedang Yang Dikatakan Oleh Penyair Itu." kata Bob Dengan Gugup.
    "Sungguh!?" Tanya Tuan Besar Albert.
    "Iya Tuan Tanah Rito Ingin Pergi Ke Pedang Yang Dikatakan Penyair Itu Untuk Mengganti Pedang Kayu Yang Rusak." kata Romi Juga Gugup.
    "Pedang Kayu Kalian Bilang!?" Tanya Tuan Besar Albert.
    ""Ya Tuan Tanah"" jawab Romi Dan Bob Dengan Gugup.
    "Tapi Kelihatannya Dia Tak Membawa Pedang Kayu Itu!?" Tanya Tuan Besar Albert.
    "Iya. Itu Benar Tuan Tanah. Rito Memang Tidak Membawanya Karena Pedang Yang Dia Gunakan Sudah Hancur Ketika Untuk Berburu." kata Bob.
    "Berburu Kamu Bilang!?" Tanya Tuan Besar Albert.
    "Iya Tuan Tanah. Saat Itu Rito Sedang Memburu Seekor Sapi Bertanduk 4." Kata Bob.
    "Tunggu Sapi Bertanduk 4 itu Sangat Sulit. Harus 5 orang Kesatria Untuk Mengalahkannya. Apakah Kalian Bertiga Yang Mengalahkannya!?" Tanya Tuan Besar Albert.
    "Memang Sangat Sulit. Tetapi.... " jawab Bob Dengan Gugup.
    "Sebenarnya Yang Mengalahkan Sapi Bertanduk 4 adalah Rito. Dia Mengalahkan Sendirian Dengan Teknik Pedang Barunya." kata Romi.
    "Tunggu Sendirian Dan Kalian Bilang Teknik Pedang Baru." kata Tuan Besar Albert.

    Mereka Semua Melihat Ku Dengan Wajah Serius. Aku Mencoba Melihat Belakang Ku Dari Kiri Dan Kanan.

    "Hei Rito Kenapa Kau Menengok Ke belakang Dari Kiri Dan Kanan?" tanya Bob.
    "Aku Pikir Kalian Membicarakan Orang Yang Dibelakangku."
    "Kita Sedang Membicarakan Dirimu. Bukan Yang Lain." kata Romi.
    "Tolong Ceritakan Semuanya. Tentang Pedang Kayu Itu Dan Teknik Pedang Itu Pada Ku." kata Tuan Besar Albert.
    "Baik Tuan Tanah." kata Bob Dan Romi.
    "Pedang Kayu Romi Hancur Menjadi Debu Ketika Rito Menggunakan Teknik Pedang Yang Rito Pelajari." kata Bon.
    "Tetapi Pedang Kayu Itu Sangat Kuat. Rito Selalu Mempelajari Teknik Pedang Itu Setiap Hari. Saya Pikir Pedang Kayu Rito Tidak Akan Hancur Bila Digunakan." kata Romi.
    "Sungguh!?" Tanya Tuan Besar Albert.
    "Iya Tuan Tanah. Rito Bilang Pedang Kayu Yang Di Miliki Adalah Pemberian Gurunya. Rito Bilang Pohon Yang Di Gunakan Untuk Menjadi Pedang Nya Sangatlah Susah Dicari." kata Bob.
    "Rito Bilang Pedang Kayunya Bisa Memotong Pedang Besi Sekali Tebas. Saya Pikir Pedang Kayu Rito Sangatlah Kuat." jawab Romi.
    "Sungguh!? Hmmmmm!? 
    Apa Anda Mengetahui Pohon Itu Master!?" Tanya Tuan Besar Albert.
    "Saya Masih Kurang Yakin Tuan Besar.
    Apakah Mungkin Itu Pohon Abadi?" Kata Master Kelint.
    "Bukannya Pohon Abadi Sangat Sulit Dicari Dan Juga Pohon Adam. Tidak Mungkin Ditemukan Dengan Mudah. Bahkan Bisa Hancur Seperti Itu." kata Tuan Besar Albert.
    "Benar Juga Kata Tuan Besar. Tidak Mungkin Itu Pohon Abadi Ataupun Pohon Adam. Tetapi Pohon Itu Bisa Memotong Besi?" Kata Master Kelint.
    "Apa Kalian Tahu Pohon Apa Itu?" tanya Tuan Besar Albert.
    "Saya Dan Romi Tidak Mengetahui Pohon Apa Itu. Tetapi Rito Bilang Pohon Itu Masih Di bawah Pohon Abadi Dan Pohon Adam." kata Bob.
    "Apa Kami Tahu Master?" tanya Tuan Besar Albert.
    "Kalau Dibawahnya Saya Makin Ragu Pohon Apa Itu?" kata Master Kelint.
    "Begitu Ya. Kamu! Apakah Kamu Tahu Pohon Apa Yang Kamu Gunakan Untuk Pedang Kayu Mu?" Tanya Tuan Besar.
    "Saya Masih Kurang Yakin Nama Pohon Itu Tuan Besar Albert. Tetapi Yang Saya Ingat Kalau Tidak Salah Nama Pohonnya Evolusoft." Jawab Ku.
    "Kamu Bilang Evolusoft." kata Master Kelint.

    Master Kelint Terkejut Dengan Kata Yang Aku Ucapkan. Tetapi Semua Orang Terdiam Kebingungan Apa Dengan Nama Pohon Yang Aku Sebutkan.

    "Master! Kenapa Master Begitu Terkejut Dengan Nama Itu?" tanya Kelint.
    "Iya Master Kenapa Kamu Terkejut?" Tanya Tuan Tanah Albert.
    "Apakah Kalian Tidak Tahu Dengan Nama Evolusoft Itu?" Tanya Master Kelint.
    """Tidak"""

    Semua Menjawab. Kecuali Aku Dan Guru.

    "Baiklah Saya Katakan. Pohon Evolusoft Adalah Pohon Yang Sangat Hebat. Banyak Pendekar Pedang Melatih Tubuhnya Dengan Pedang Kayu Yang Terbuat Dari Pohon Itu. Tetapi Setelah 50 Tahun Berlalu Pohon Evolusoft Mulai Menghilang. Banyak Pendekar Pedang Yang Dulu Mencari Pohon Itu Untuk Melatih Murid Kesayangannya." Kata Master Albert.
    "sungguh Kenapa Harus Pohon Itu? Kenapa Bukan Yang Lain?" tanya Kelint.
    "Iya Benar" Kata Tuan Besar Albert.

    Semua Orang Mengangguk.

    "Apa Kalian Tahu Kenapa Pendekar Pedang Yang Hebat Memberikan Pohon Itu Untuk Di Jadikan Pedang Kayu Kepada Muridnya. Jika Ingin Tahu Alasannya. Yang Paling Mengetahui Adalah Anak Kecil Itu. Saya Belum Pernah Diberikan Pedang Kayu Yang Terbuat Dari Pohon Itu. Jadi Saya Tidak Mengetahui Detail Pedang Kayu Yang Terbuat Dari Pohon Itu. Coba Tanyakan Saja, dia Sudah Memakainya." kata Master Kelint.
    "Hei Rito Katakan Dengar Benar. Awas Kalau Kau Berbohong Lagi." kata Kelint Kepadaku Dengan Nada Mengancam.
    "Kelint Jangan Mengatakan Dengan Kata-kata Kasar." Kata Master Kelint.
    "Memangnya Kenapa Master. Dia Hanya Anak Lemah Saja. Mengapa Aku Harus Takut Padanya." Kata Kelint.
    "Lebih Baik Kamu Diam Saja Atau Kamu Akan Dalam Bahaya Yang Besar." Kata Master Kelint.
    "Bahaya Besar Master Bilang. Bocah Sekecil Ini Membuatku Dalam Bahaya Besar. Hahaahahaaha. Aku Tak Takut. Aku Akan Membunuhnya. Dia Hanya Precil Kecil Yang Ada Di Air Danau. Sekali Hajar Pasti Mati. Hahahaha." kata Kelint Dengan Sombong.
    "Diamlah Kelint. Apa Kau Tak Tahu Pedang Kayu Yang Di Gunakan Itu Sangat Luar Biasa." Kata Master Kelint.
    "Luar Biasa Master Bilang. Lihat Di Saja Tidak Membawa Pedang Kayu Yang Master Bilang Palingan Pedang Yang Dia Gunakan Hanya Pedang Kayu Biasa. Hahahaha. Master Jangan Menakutiku." Kata Kelint Dengan Sombong.
    "Terserah Kamu. Kamu Akan Mengetahui Sendiri."
    "Baiklah Master. Aku Akan Menghajar Dia Sekarang." Kata Kelint.

    KWAK KWAK KWAK

    suara Hewan Muncul.

    by : FVREDDY_JHOENNY_RIEWANTHO Senin, 09 Desember 2019

    0 komentar:

    Posting Komentar

  • Next Prev